contoh makalah pendidikan agama islam
dwi bekti susilo | 12.49 |
Makalah Pendidikan Agama Islam Hubungan Filsafat dengan Islam
di susun oleh :
Dwi Bekti Susilo
XII-ips 1
madrasah aliyah negri 1 babat
BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Dengan membaca dan memahami isi dari makalah ini penulis mengharapkan agar mengetahui apa itu filsafat pendidikan islam maupun tujuan dari pendidikan islam karena kita di zaman globalisasi ini masih banyak pemimpin-pemimpin (pemimpin rumah tangga) yang belum banyak berminat untuk mengembangkan pendidikan islam lewat pendidikan formal.
1.2. Tujuan Pembahasan
Pengertian dan ruang lingkup filsafat pendidikan islam adalah bahan diskusi bertujuan untuk menambah wawasan.
Pengertian dan ruang lingkup filsafat
pendidikan islam adalah bahan diskusi bertujuan untuk menambah wawasan
bagi mahasiswa agar sebagai calon tenaga pendidikan khusus pendidikan
agama islam menjadi pendidikan yang sesuai dengan apa yang kita harapkan
yaitu pendidikan yang profesional selesai dengan bidangnya.
1.3. Batasan Masalah
Setelah membaca dan memahami isi dari makalah ini diharapkan mengetahui pengertian filsafat dan pengertian pendidikan islam.
BAB II
PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Filsafat Pendidikan Islam
A. Pengertian, Filsafat
Filsafat adalah ilmu yang mempelajari dengan sungguh-sungguh tentang. hakikat kebenaran sesuatu. Hakikat filsafat selalu menggunakan ratio (pikiran), tetapi tidak semua proses berpikir disebut filsafat. Pemikiran manusia dapat dipelajari dalam 4 (empat) golongan. Yaitu:
- Pemikiran pseudo ilmiah
- Pemikiran awam
- Pemikiran ilmiah
- Pemikiran filosofis
Pemikiran speudo ilmiah bertumpu pada
aspek kepercayaan dan kebudayaan mitos, yang bekas-bekasnya dapat kita
jumpai dalam arologi atau kepercayaan terhadap buku primbon. Pemikiran
awam adalah pemikiran orang-orang dewasa yang menggunakan akal sehat,
karena bagi Orang-orang awam untuk memecahkan kesulitan dalam kehidupan,
cukup menggunakan akal sehat tanpa melakukan penelitian. terlebih
dahulu Selanjutnya, pemikiran ilmiah menggunakan metode atau pikir dalam
paradigma ilmu pengetahuan tertentu, dilengkapi dengan pengguna
hipotesis untuk menguji kebenaran konsep atau pemikiran dalam dunia
empiris yang tidak pernah selesai dalam proses keilmuan Sedangkan
pemikiran filosofis adalah kegiatan berpikir reflektif meliputi kegiatan
analisis, pemahaman deskripsi Penilaian, penafsiran dan perekaan yang
bertujuan untuk memperoleh kejelasan kecerahan, keterangan, pembenaran
pengertian, penyatupaduan tentang objek.
Filsafat merupakan ilmu yang tertua dan menjadi induk ilmu pengetahuan yang lain. Sebagaimana diungkapkan oleh John S. Brubacher sebagai berikut:
Philosophy was, as its eymologv from
the Greek words Pilos and Sopia, suggest love of wisdom or learning.
More over, it was lo’e of learning in general, it subsumed under one,
heading what to day we call scince ‘as well as what we now call
philospohy It is for the reason that philosophy is often referred to us
the mother as well as. the qreen of the, scince.
Artinya:
Filsafat berasal dan perkataan Yunani yaitu ‘Philos dari Sopia yang berarti rinto kebijaksanaan atau belajar. Lebih dan itu dapat diartikan cinta belajar pada umumnnya termasuk dalam suatu ilmu yang kita sebut sekarang dengan. filsafat. Untuk alasan inilah maka sering dikatakan bahwa filsafat adalah induk atau ratu ilmu pengetahuan.
Filsafat berasal dan perkataan Yunani yaitu ‘Philos dari Sopia yang berarti rinto kebijaksanaan atau belajar. Lebih dan itu dapat diartikan cinta belajar pada umumnnya termasuk dalam suatu ilmu yang kita sebut sekarang dengan. filsafat. Untuk alasan inilah maka sering dikatakan bahwa filsafat adalah induk atau ratu ilmu pengetahuan.
Dan bila diperhatikan maka anti
sebenarnya dan filsafat tersebut mengandung cita-cita yang mulia, yaitu
orang yang belajar filsafat berusaha untuk memiliki mutiara-mutiara
kebijaksanaan tersebut sebagai pedoman dan pegangan hidup, sehingga
filsafat mengandung sesuatu yang ideal bagi manusia. Dan filsafat
dianggap sebagai induk ilmu pengetahuan karena pada mulanya sebagian
‘besar ilmu yang berkembang dewasa ini berasal dan filsafat.
Cabang-cabang ini. tadi memisahkan diri dan filsafat, karena memiliki
objek yang berbeda dan filsafat. Filsafat menjawab semua persoalan
tentang hidup dan kehidupan yang kesimpulannya bersifat hakiki. Ada
filsafat manusia, filsafat ketuhanan, filsafat ekonomi, filsafat sosial,
filsafat pengetahuan, filsafat pendidikan, dan lain-lain, sehingga
nampak filsafat berperan ‘sebagai induk atau rain dan ilmu pengetahuan.
Kemudian pengertian filsafat menurut Dr. Sondang P. Siagian, M.PA.
adalah cinta kepada kebijaksanaan. Untuk menjadi bijaksana seseorang
harus berusaha mendalami hakikat sesuatu. Dengan kata lain bahwa
berfilsafat berarti berusaha untuk ‘mengetahui tentang sesuatu dengan
sedalam-dalamnya, ‘baik’ mengenai hakikat adanya sesuatu. fungsinya,
ciri-cirinya, kegunaannya, masalah-masalahnya, dan pemecahannya terhadap
masalah-masalah tersebut.
Dan selanjutnya menurut Prof. Dr. Imam Barnadib, MA.
bahwa filsafat berasal dari bahasa Yunani yang merupakan rangkaian dua
pengertian: philos berarti cinta, dan sophia berarti kebajikan. Yang
dimaksud dengan kebajikan di sini ialah kebajikan manusia. Dan dengan
dasar pengetahuan yang filosofis itu diharapkan orang dapat memberikan
pendapat dan keputusan yang serba bijaksana. Ungkapan yang paling
sederhana terhadap kata filsafat seperti yang dikemukakan oleh Prof. Dr. Hasan Langgulung
adalah cinta hikmah (kebijaksanaan). Dan orang yang cinta hikmah
kebijaksanaan selalu mencari dan meluangkan waktu untuk mencapainya,
mempunyai sikap positif terhadapnya dan terhadap hakikat sesuatu,
berusaha menghubungkan sebab-sebab dengan akibatnya, dan juga berusaha
menafsirkan pengalaman-pengalaman kemanusiaan. Jadi, bijaksana bukan
saja orang yang paling banyak dan tinggi pengetahuannya, tetapi juga
memiliki kemantapan pandangan dan tinjauan yang jauh kedepan di mana
pengetahuan itu sendiri tidak sanggup mencapainya.
Jadi, dari uraian tentang pengertian filsafat yang ditinjau dari segi arti bahasanya dapat disimpulkan bahwa filsafat adalah:
- Pengetahuan tentang kebijaksanaan
- Mencari kebenaran.
- Pengetahuan tentang dasar-dasar atau prinsip-prinsip
Ketiga pengertian tersebut tidaklah hanya
diperlukan oleh seorang flosof umum saja, tetapi juga diperlukan oleh
setiap individu yang baik yang memiliki pemikiran terutama pendidik dan
guru yang harus bersikap bijaksana. Sosok pendidik atau guru yang
sanggup menilai situasi dan kondisi dalam segala segi; memiliki
kesanggupan bertindak dengan baik, mengambil kesimpulan terhadap sesuatu
secara tepat, berusaha menghubungkan sebab akibat, mengkritik dan
menganalisis serta mengembalikan pendapat pada motif-motif yang
menyebabkannya, Kemudian mempertahankan pendapat tadi dengan argumentasi
dan penalaran yang tepat.
Dan jika filsafat ditinjau dari segi istilah menurut para ahli dapat dikemukakan antara lain :
- Apa yang disebut bijaksana menurut Plato (427 542 SM). Seorang filosot Yunani yang terkenal (murid Socrates dan guru Aristoteles) dalam teori etika kenegaraannya meliputi empat budi, yaitu: penguasaan diri (perwira), keberanian, kebijaksanaan, dan keadilan. Budi kebijaksanaan dimiliki oleh pemerintah atau filosof. Tugas mereka ialah membuat undang-undang, mengawasi pelaksanaannya, memperdalam filosofi dan ilmu pengetahuan tentang ide kebaikan. Membuat undang-undang dan mengawasi pelaksanaannya adalah menjadi tugas pemerintahan atau filosof, sekaligus menunjukkan kelebihan mereka sebagai pihak yang mampu menatap dan menapak jauh ke depan dan berbuat serta bertindak dengan penuh perhitungan. Artinya bahwa itu berada dalam dua bidang, yaitu kebijaksanaan berbuat dan berpikir. Kebijaksanaan berbuat adalah tasawwuf dan kebijaksanaan berpikir adalah filsafat. Berpikir dan berbuat dianggap sempurna kebenarannya jika telah terpenuhi adanya keseimbangan antara dasar atau alasan kenyataan dan tujuan, atau mengandung tiga dimensi waktu dengan memperhitungkan masa lalu dimasa sekarang dan masa yang akan datang. Tanpa memperhatikan dan memperhitungkan dimensi-dimensi waktu maka pikiran dan perbuatan tersebut berjumlah dianggap sebagai sesuatu yang bijaksana dan benar. Salah satu contoh dalam kebijaksanaan perbuatan misalnya yang selalu berhubungan dengan ketiga aspek tadi meliputi sifat-sifat misalnya; jujur contoh keadilan, puas contoh keperwiraan, waspada contoh perpaduan keperwiraan dan kebijaksanaan, sabar contoh keberanian dan keperwiraan. Sifat-sifat utama tersebut menurut Prof. Hamka adalah berhubungan dengan kesucian jiwa sebagaimana yang diuraikan beliau dalam bahasannya tentang kesucian macam-macam kesehatan jiwa meliputi: Sjaja’ah (berani), iffah (perwira), hikmah (bijaksana) dan ‘adalah (keadilan). Apa yang diungkapkan Hamka dalam materi yang terdapat dalam tasawwuf. Dan di sini nampak pula adanya keselarasan antara pendapat Hamka dan Plato dalam bahasan tentang kebijaksanaan atau filsafat.
- Al Kindi (Abu Jusuf Ya’kub bin Isa Al Kiñdi, 796-874 M), sebagai ahli pertama dan filsafat Islam dan yang mengawali pengertian skolasik Islam di irak, memberikan pengertian filsafat di kalangan umat Islam dalam tiga lapangan : (1) Ilmu Fisika meliputi tingkatan alam nyata, terdiri dan benda-benda kongkret yang dapat di tangkap pancaindera. (2) Ilmu Matematika, yang berhubungan dengan benda, tetapi mempunyai wujud tersendiri yang dapat dipastikan. Dengan angka-angka (misalnya ilmu hitung teknologi, astronomi, musik). (3) Ilmu Ketuhanan (ilmu rububiyyah) yaitu tidak berhubungan dengan benda sama sekali, yaitu soal ketuhanan.
- Ibnu Sina (Abu Al Hussein Ibnu Sina, 980-1037M) seorang dokter, ahli kimia dan filosof Islam, membagi filsafat dalam dua bagian: teori dan praktek. Keduanya dihubungkan dengan agama. Dasarnya terdapat pada syariat, penjelasan dan kelengkapannya berdasarkan pada akal manusia Tujuan filsafat praktek ialah mengetahui apa yang seharusnya dilakukan oleh di setiap orang sehingga ia mendapat kebahagiaan di dunia dan di akhirat yang. disebut ilmu akhlak. Filsafat juga mencakup undang-undang yaitu apa yang seharusnya dilakukan oleh setiap orang dalam hubungannya dengan rumah tangga dan negara.
- Immanuel Kant (1724 — 1804 M) yang sering dijuluki pakar raksasa di Barat, mengatakan bahwa: Filsafat itu ilmu pokok dan pangkal dari segala pengetahuan yang mencakup di dalamnya 4 persoalan yaitu:
- Apakah yang dapat kita ketahui (dijawab oleh metafisika).
- Apa yang seharusnya kita ketahui dan kerjakan? (di jawab oleh etika).
- Sampai manakah pengharapan kita? (dijawab oleh agama).
- Apakah yang dinamakan manusia (dijawab oleh antropologi).
Dari beberapa ungkapan para filosof
tersebut dapat dirumuskan bahwa filsafat ialah daya upaya manusia dengan
akal budinya untuk memahami mendalami dan menyelami secara radikal dan
integral sistematik mengenai ketuhanan, alam semesta dan manusia
sehingga dapat menghasilkan pengertian tentang bagaimana hakikatnya yang
dapat dicapai akal manusia dan bagaimana sikap seharusnya setelah
mencapai pengetahuan itu.
Kemudian untuk memperoleh pengetahuan
filsafat dari segi praktisnya dapat diketahui sebagaimana yang pernah
dilakukan oleh para filosof pada masa lalu. Mula-mula para filosof
memperhatikan alam semesta yang luas ini, kemudian memperhatikan manusia
dengan segala problematik dan kehidupannya. Pemikirannya tidak hanya
sebatas itu dan berhenti, tetapi terus menuju pada pemikiran yang ada di
balik alam (menjadi problem realita yang disebut metafisika) dan
kemudian masalah-masalah ketuhanan.
Pemikiran tentang alam semesta, manusia
dan apa yang ada. Dibalik alam, semesta, masalah ketuhanan dilakukan
dengan memenuhi syarat-syarat berpikir dengan insaf, yaitu berpikir
dengan teratur menurut aturan-aturan yang telah dengan pasti ditentukan.
Atau dengan kata lain ; cara kerja filosof berpikir secara sistematis,
universal (menyeluruh) dan radikal, yang mengupas dan menganalisis
sesuatu secara mendalam, sampai pada akar-akar persoalannya sehingga
hasil pemikiran mereka dapat diterapkan dan dibuktikan, kebenarannya
pada seluruh persoalan yang dicakupnya, karena sangat relevan dengan
problematik hidup dan kehidupan manusia. Dan berpikir secara sistematis
bagi para filosof adalah berpikir logis dengan penuh kesadaran, dengan
berurutan, saling berhubungan yang teratur dan bertanggung jawab. Dan
berpikir secara universal adalah tidak berpikir khusus sebagaimana kerja
setiap ilmu, tetapi mencakup keseluruhannya. Sedangkan yang dimaksud
berpikir secara radikal berarti bahwa pemikiran berusaha menyingkap
tabir rahasia yang menjadi penyebab utama dan masalah yang akan
diselesaikan. Radikal berasal dan kata radix yang berarti akar, yang
biasanya terletak di bagian terbawah pada pohon yang terpendam di dalam
tanah. Akar merupakan penyebab utama kemungkinan munculnya pertumbuhan
tanaman. Jika akar sudah tidak berfungsi lagi dapat mematikan batang dan
daun. Dan apa yang dapat kita pahami pada peristiwa ini ialah rangkaian
sebab akibat. Apabila orang menelusuri kenyataan tersebut dengan
mengungkapkan dasar-dasarnya maka itulah yang disebut radikal. Dengan
jalan penelusuran atau penjajakan yang radikal itulah filsafat berusaha
untuk sampai kepada kesimpulan-kesimpulan yang universal.
Pengertian Pendidikan Islam
- Menurut Drs. Abmad D. Marimba:
Pendidikan Islam adalah bimbingan jasmani, rohani berdasarkan hukum-hukum agama Islam menuju terbentuknya kepribadian utama menurut ukuran-ukuran Islam. Dengan pengertian yang lain seringkali beliau mengatakan kepribadian utama tersebut dengan istilah kepribadian muslim, yakni kepribadian yang memiliki nilai-nilai agama islam, memilih dan memutuskan serta berbuat berdasarkan nilai-nilai Islam dan bertanggung jawab sesuai dengan nilai-nilai Islam
- Menurut Drs. Burlian Shomad;
Pendidikan Islam ialah pendidikan yang bertujuan membentuk individu menjadi makhluk yang bercorak diri berderajat tinggi menurut ukuran Allah dan sisi pendidikannya untuk mewujudkan tujuan’ itu adalah ajaran Allah. Secara rinci beliau mengemukakan pendidikan itu baru dapat disebut pendidikan Islam apabila memiliki dua ciri khas yaitu :
1) Tujuan untuk membentuk individu yang bercorok diri, tertinggi menurut ukuran Al-Quran,
2) Isi pendidikannya adalah ajaran Allah yang tercantum dengan Lengkap di .dalam Al-Quran dan pelaksanaannya di dalam praktek kehidupan sehari-hari sebagaimana yang dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW. - Menurut Musthfa Al-Ghulayaini.
Pendidikan Islam ialah menanamkan akhlak yang mulia di dalam jiwa anak pada masa pertumbuhannya dan menyiraminya dengan air petunjuk dan nasihat, sehingga akhlak itu menjadi salah satu kemampuan (meresap dalam) Jiwanya kemudian buahnya berwujud keutamaan, kebaikan dan cinta bekerja untuk kemanfaatan tanah air. - Menurut Syah Muhammad A. Naquib Al-Atas
Pendidikan Islam ialah usaha yang dilakukan pendidik terhadap anak didik untuk pengenalan dan pengakuan tempat-tempat. yang benar dan segala sesuatu di dalam tatanan penciptaan sehingga membimbing ke arah pengenaan dan pengakuan akan tempat Tuhan yang tepat di dalam tatanan wujud dan kepribadian. - Menurut Prof. Dr. Hasan Lananggulun.
Pendidikan Islam ialah pendidikan yang memiliki 4 macam fungsi yaitu:
1) Menyiapkan generasi muda untuk :memegang peranan-peranan tertentu dalam masyarakat pada masa yang akan datang. Peranan ini berkaitan erat dengan kelanjutan hidup (survival) masyarakat sendiri.
2) Memindahkan ilmu pengetahuan yang bersangkutan dengan peranan-peranan tersebut dan generasi tua kepada generasi muda.
3) Memindahkan nilai-nilai yang bertujuan memelihara keutuhan dan kesatuan masyarakat yang menjadi syarat mutlak bagi kelanjutan hidup (survival) suatu masyarakat dan peradaban. Dengan kata lain tanpa nilai-nilai keutuhan (integrity) dan kesatuan (integratio,2) suatu masyarakat maka kelanjutan hidup tersebut tidak akan dapat terpelihara dengan baik yang akhirnya akan menyebabkan kehancuran masyarakat itu sendiri. - Hasil Seminar pendidikan Islam se Indonesia tanggal 7 sampai dengan 11 Met 1960 di Cipayung Bogor menyatakan
“Pendidikan Islam adalah bimbingan terhadap pertumbuhan jasmani dan rohani menurut ajaran Islam dengan hikmah mengarahkan, mengajarkan, melatih, mengasuh, dan mengawasi berlakunya semua ajaran Islam.”
Dan uraian tersebut di atas dapat diambil
kesimpulan bahwa para ahli pendidik islam berbeda pendapat mengenai
rumusan pendidikan Islam. Ada yang menitik beratkan pada segi
pembentukan akhlak anak, adapula yang menuntut pendidikan teori dan
praktek, sebagian lagi menghendaki terwujudnya kepribadian muslim dan
lain-lain. Perbedaan tersebut diakibatkan hal yang pentingnya dan
masing-masing ahli tersebut.
Namun, dari perbedaan pendapat tersebut terdapat titik persamaan yang secara ringkas dapat dikemukakan sebagai berikut:
Pendidikan Islam ialah bimbingan yang
dilakukan oleh seorang dewasa kepada terdidik dalam masa pertumbuhan
agar ia memiliki kepribadian Islam.
Jika direnungkan. syariat islam tidak
akan dihayati dan diamalkan orang kalau hanya diajarkan saja, tetapi
harus didirikan melalui proses pendidikan. Nabi telah mengajak orang
untuk beriman dan beramal serta berakhlak baik sesuai ajaran Islam
dengan berbagai metode dan pendekatan. Dan satu segi kita pelihat bahwa
pendidikan Islam lebih: banyak ditujukan pada perbaikan sikap mental
Yang akan .terwujud dalam amal perbuatan, baik bagi keperluan din
sendiri maupun orang lain. Di segi lainnya pendidikan Islam tidak .hanya
bersifat teoretis saja. tetapi juga praktis. Ajaran islam tidak
memisahkan antara iman dan amal saleh.
Oleh karena itu pendidikan Islam
merupakan sekaligus pendidikan amal. Dan karena ajaran Islam berisi
tentang ajaran sikap dan tingkah laku pribadi masyarakat menuju
kesejahteraan hidup perorangan dan bersama maka orang pertama yang
ber-tugas mendidik masyarakat adalah pada Nabi dan Rasul, selanjutnya
para ulama dan cerdik pandai sebagai penerus tugas dan kewajiban mereka.
Pendidikan Islam yang berarti proses
bimbingan dan pendidik terhadap perkembangan jasmani rohani dari akal
peserta didik ke arab terbentuknya pribadi muslim telah: berkembang di
berbagai daerah. dan sistem nya yang paling sederhana menuju sistem
pendidikan Islam yang medern Perkembangan pendidikan Islam dalam
sejarahnya perkembangan dalam subsistem yang bersifat operasional teknis
terutama tentang metode, alat-alat dan bentuk kelembagaan. Adapun hal
yang bersifat prinsip dasar dan tujuan Pendidikan Islam, tetap
dipertahankan sesuai dengan prinsip ajaran Islam yang tertuang dalam
Al-Qur’an dan Sunah.
Perkembangan pendidikan Islam dan zaman
ke zaman di berbagai daerah memperlihatkan kecenderungan perkembangan
umum (general trend), ada juga perkembangan yang memperlihatkan
keteraturan (regularity ‘trend) dengan fakta-fakta sejarah Pendidikan
Islam baik dalam aspek, sistem dan bentuk-bentuk lembaganya. Namun
demikian terlihat pula kecenderungan tidak teratur (irregularity trend)
dengan berbagai hambatan-hambatannya.
Lahirnya agama islam yang dibawa
Rasulullah SAW. menimbulkan suatu tenaga penggerak yang luar biasa yang
pernah dialami oleh umat manusia, Islam sebagai landasan spiritual dan
sosial memiliki struktur ajaran moral dan program hidup praktis yang
tidak terpisahkan. semua bagian-bagiannya merupakan kesatuan yang
terpadu secara harmonis, sating mengisi dan sating menunjang. Sebagai
suatu ajaran, Islam memberikan jaminan hubungan metafisik antara manusia
dengan Tuhan dan hubungan duniawi antara individu dan Lingkungan
masyarakatnya serta lingkungan alamnya. Tujuan dan segala kegiatan
praktis ini haruslah merupakan penciptaan dan pemeliharaan syarat-syarat
perorangan dan sosial yang bermanfaat bagi perkembangan tingkat moral
yang berasaskan nilai-nilai keagamaan atau yang mempunyai nilai dan
sifat ibadah dalam din manusia dengan kesadaran tanggung jawab moral.
Pengetahuan moral sudah tentu secara otomatis mengharuskan tangung jawab
moral atas manusia. Moralita hidup dan mati bagi manusia merupakan
perjuangan untuk menegakkan kejayaan moralita itu sendiri di atas muka
bumi.
Dalam sejarah. Islam merupakan gerakan
raksasa yang telah berjalan sepanjang zaman dalam pertumbuhan dan
perkembangan dirinya. Dengan pengalaman-pengalaman yang naik turun, maju
mundur dan berliku-liku. ia telah berhasil memberi dan menerima
pengaruh-pengaruh dan lingkungan yang dijumpainya. Perubahan-perubahan
fundmental telah terjadi berkat pokok-pokok ajaran Islam yang kenyal dan
mengandung falsafah yang menyeluruh dalam kenyal dan mengandung
filsafat yang menyeluruh dalam segi-segi kehidupan umat manusia.
Perkembangan masyarakat Islam mempunyai hubungan timbal balik dengan
perkembangan pendidikan Islam. Keduanya menggunakan landasan spiritual
dan sosial yang berasaskan Islam.
Peranan pendidikan dalam membina umat
sangat besar dalam usaha menciptakan kekuatan-kekuatan yang mendorong ke
arah tercapainya tujuan yang dikehendaki Sebagaimana dimaklumi bahwa
islam bukanlah hanya sekadar suatu
kepercayaan agama yang membawa serta membina masyarakat yang merdeka,
yang memiliki sistem pemerintahan, hukum dan lembaga-lembaga. Semua ini
dasar-dasarnya telah dipancangkan sejak semula oleh Rasulullah SAW. Yang
diikuti terus menerus secara berkesinambungan oleh generasi-generasi
berikutnya.
Pengertian Filsafat Pendidikan Islam
Sebagaimana diketahui bahwa manusia
adalah sebagai khalifah di alam. Sebagai khalifah, manusia mendapat
kuasa dan wewenang untuk melaksanakannya. Dengan demikian, pendidikan
merupakan urusan hidup dan kehidupan manusia. dan merupakan tanggung
jawab manusia sendiri.
Untuk mendidik diri sendiri, pertama-tama
manusia harus memahami dirinya sendiri. Apa hakikat manusia, bagaimana
hakikat hidup dan kehidupannya. Apa tujuan hidupnya diri apa pula tugas
hidupnya. Problema berikutnya bahwa manusia berhadapan dengan alam dan
lingkungannya, dan manusia harus memahaminya. Bagaimana hubungannya
dengan alam dan lingkungan. Manusia hidup dalam masyarakatnya, di mana
ia harus menyesuaikan din di dalamnya. Manusia hidup bersama dengan
basil cipta nusa dan karsanya kebudayaan). Manusia hidup bersama dengan
kepercayaan dan keyakinannya, dengan pengalaman pengetahuan yang
diperolehnya dalam proses hidup. Sementara itu dari masa ke masa, dan
generasi ke..generasi nampak bahwa lingkungannya berubah berkembang,
pengetahuan, dan kebudayaannya pun berkembang, sehingga nilai pula. Dan
tanpa. dilihat dengan nyata, kualitas hidup dan kehidupannya pun
berangsur-angsur berubah menuju pada kesempurnaan (menjadi lebih baik).
Hal tersebut merupakan problema hidup dan
kehidupan manusia. Jadi, merupakan problema pendidikan. Menurut konsep
pendidikan dalam Islam (Tarbiyah Islamiyah) bahwa pada
hakikatnya manusia sebagai khalifah Allah di alam; manusia mempunyai
potensi untuk memahami, menyadari dan kemudian merencanakan pemecahan
problema hidup dan kehidupannya. Manusia bertanggung jawab untuk
memecahkan problema hidup dan kehidupannya sendiri: Dengan kata lain,
Islam menghendaki agar manusia melaksanakan pendidikan din sendiri
secara bertanggung jawab agar tetap berada dalam kehidupan yang Islami,
kehidupan yang selamat, sejahtera, sentosa, yang diridai Tuhan.
Pertanyaan-pertanyaan tentang berbagai
masalah hidup dan kehidupan manusia sebagaimana dikemukakan di alas
memang merupakan tantangan bagi manusia untuk menjawab. Jawaban terhadap
pertanyaan-pertanyaan hakiki tersebut, akan menjadi dasar bagi
pelaksanaan dan praktek pendidikan Ketetapan jawaban
pertanyaan-pertanyaan tersebut akan mampu merumuskan tujuan pendidikan
secara tepat, dan hal mi akan mengarahkan usaha-usaha kependidikan yang
tepat pula. Di sinilah letak peranan filsafat pendidikan.
Perkembangan filsafat (pemikiran
filsafat) dalam dunia Islam. telah menghasilkan berbagai macam
alternatif jawaban terhadap berbagai macam pertanyaan hakiki problema
hidup dan kehidupan manusia tersebut Jawaban terhadap
pertanyaan-pertanyaan tentang, hubungan manusia dengan Tuhan, tentang
key4kinan dan kepercayaan hidup, telah menimbulkan limit Kalam.
Pertanyaan-pertanyaan tentang dekatnya hubungan manusia dengan Tuhan,
tentang kembali kepada Tuhan, menimbulkan ilmu Tasawwuf ilmu Fiqh,
merupakan kodifikasi dan jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan tentang
apa dan bagaimana nilai-nilai dan norma-norma kehidupan dan tingkah laku
dari jawaban-jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan tentang alam
semesta dan hubungan manusia dengan alam semesta dan lingkungannya
menghasilkan berbagai macam ilmu pengetahuan ilmu-ilmu tersebut berhasil
dikembangkan dalam dunia Islam dengan menggunakan metode yang khas
Islami, yaitu metode ijtihad. Ijtihad adalah menggunakan segenap daya
akal dan potensi manusiawi lainnya untuk mencari kebenaran dan mengambil
kebijaksanaan dengan bimbingan Al-Quran dan Surah Nabi SAW.
Musthafa Abd. Al-Raziq
menyatakan bahwa al-ijitihadu bi al-ra ‘yi huwa bidayatu al-nadhari
al-‘aqli, ijtihad dengan menggunakan daya kemampuan akal merupakan dasar
dan terbentuknya pola pikir rasional.
Metode ijtihad sebagai metode khas
filsafat Islam memang telah mengalami perkembangan dan para ulama serta
filosof Islam menggunakannya secara bervariasi Pada dasarnya ijtihad
bersumber pada Al-Quran sebagai wahyu Allah dan Al-Sunah sebagai
penjelasan dan penjabarannya, tetapi para ulama dan filosof Islam
berbeda-beda dalam cara penggunaannya sebagai sumber pemikiran dan
ijtihadnya.
Perbedaan tersebut pada hakikatnya
bersumber dan perbedaan dasar filosofis yang mendasari nya. Ulama dan
filosof dan kalangan mu’tazilah misalnya, berpandangan bahwa hakikat
Al-Quran adalah makhluk, baru, sebagaimana alam lainnya. Alam
berkembang, berubah dan kebenaran-kebenaran yang diperoleh manusia dari
alam pun merupakan kebenaran yang relatif Demikian pula kebenaran dan
pengetahuan yang didapatkan dari Al-Quran pun merupakan kebenaran yang
relatif Al-Sunah sebagai pengabaian dan kebenaran Al-Quran penafsiran)
menunjukkan kebenaran dan kesesuaian dengan zaman nya.
Oleh karena itu, penafsiran terhadap Al
Quran pun dapat berkembang. Sedangkan kalangan Ahlu al-Sunah pada
umumnya berpandangan bahwa hakikat Al-Quran adalah kalamullah yang qadim
(abadi). Dengan demikian, kebenaran-kebenaran yang terdapat di dalamnya
adalah kebenaran yang abadi, kebenaran yang tak tersentuh akal pikiran
manusia yang relatif. Sebagai konsekuensinya, penafsiran Al-Quran dengan
menggunakan akal pikiran merupakan masalah yang tabu dan dilarang.
Ijtihad hanya diperbolehkan selama tidak
menyentuh hal-hal yang sudah tercantum dalam Al-Quran dan sudah
dijelaskan dalam Al-Sunah. Di kalangan ulama dan filosof dalam hidang
faqh pun berbeda-beda sistem ijthadnya, sehingga menghasilkan kesimpulan
hukum yang berbeda-beda pula. Demikian pula di kalangan ahli tasawwuf,
penggunaan sistem ijtihad yang berbeda, menghasilkan terikat yang
berbeda-beda pula.
Dari uraian di atas tampak jelas bahwa
dalam filsafat Islam telah berkembang metode-metode filosofis dan
aliran-aliran filsafat yang beraneka ragam, yang kesemuanya memberikan
arah dan mempengaruhi jalannya pertumbuhan dan perkembangan umat Islam,
baik secara individual maupun. secara ijtima’i (dalam arti umat islam).
Dengan kata lain, metode dan sistem serta
aliran filsafat Islam tersebut mempengaruhi, bahkan mengarahkan
jalannya pendidikan di kalangan umat Islam.
Dengan demikian, filsafat pendidikan
Islam dapat diartikan sebagai studi tentang pandangan filosofis dan
sistem dan aliran filsafat dalam Islam terhadap masalah-masalah
kependidikan dan bagaimana pengaruhnya terhadap pertumbuhan dan
perkembangan manusia Muslim dan Umat Islam.
Di samping itu, filsafat Pendidikan Islam
juga merupakan studi tentang penggunaan dan penerangan metode dan
sistem filsafat Islam dalam memecahkan problematika pendidikan umat
Islam, dan selanjutnya memberikan arab dan tujuan yang jelas terhadap
pelaksanaan pendidikan umat Islam.
Jadi, filsafat pendidikan Islam bersifat tradisional dan kritis. Hal ini sejalan dengan paham yang dikemukakan oleh Imam Barnadib
dalam Filsafat. pendidikannya, bahwa filsafat pendidikan itu mempunyai
dua corak. yaitu filsafat tradisional dan kritis. filsafat tradisional
adalah filsafat sebagaimana adanya sistematika, serta aliran nya
sebagaimana dijumpai dalam sejarah. Tadi, kalau diajukan
pertanyaan-pertanyaan maka jawaban yang diperlukan ada dan melekat pada
masing-masing jenis dan aliran tersebut. Lain halnya dengan filsafat
kritis, pertanyaan-Pertanyaan yang diajukan dapat disusun dan dilepaskan
dan ikatan waktu (hicroris) dan usaha mencari jawaban yang diperlukan
dapat memobilisasikannya sebagai aliran yang ada, dan mencari dan
masing-masing aliran, serta mengambilnya dari jenis masalah yang
bersangkutan)
Dasar dan Tujuan Filsafat Pendidikan Islam
Dalam perjalanan hidupnya, umat manusia
senantiasa dihadapkan kepada pengalaman-pengalaman peristiwa alamiah
yang ada di sekitarnya. Pengalaman-pengalaman lahir ini merupakan
sejarah hidupnya yang mengesankan dan. kemudian menghidupkan serta
menjadi pengalaman batinnya sebagai alat pendorong untuk mengadakan
perubahan-perubahan bagi kepentingan hidup dan kehidupannya Perkembangan
hidupnya ini tidak terlepas dari proses pembentukan pribadi yang
diwariskan berkesinambungan kepada generasi berikutnya. Dengan
kelompoknya atau dengan masyarakatnya, mereka akan saling memberi
pengaruh dalam kehidupan bersama hubungan pengaruh yang terjadi dalam
suasana tata kemasyarakatan akan membentuk suatu corak dan bentuk
tertentu dan kebudayaan dan peradaban, yang sejalan dengan segi
pandangan hidup kemanusiaan atau falsafah hidupnya yang menggambarkan
tingkat kehidupan kerohanian yang telah dicapainya.
Proses perjalanan dan pembinaan serta
pertumbuhan kebudayaan dan peradaban suatu masyarakat tidak selalu
menggembirakan, tetapi sering pula terjadi hal-hal yang menyebabkan
hambatan-hambatan atau :sama sekali terhenti dan menyebabkan kemunduran
dibanding dengan apa yang telah dicapai di. masa-masa silamnya.
Sejak dilahirkan, umat manusia telah
diwarisi intuisi beragama dan intuisi serba ingin tahu. Dalam
perkembangannya kedua intuisi ini kadang-kadang menimbulkan
benturan-benturan antara pikiran dan perasaan yang mengakibatkan
timbulnya pertentangan batin. Adapun wujud dan kedua intuisi ini adalah
akal dan budi. Dengan akalnya, orang akan memperoleh ilmu pengetahuan
sebagai bahan pertimbangan secara lahiriah. Dengan budinya orang akan
memperoleh dasar pertimbangan yang mempunyai latar belakang kebaikan dan
kebajikan walaupun kadang-kadang tanpa pengertian.
Penggunaan akal budi yang serasi akan
menghidupkan sikap ajrih dan asih yang timbul dan dorongan batinnya
dengan kesadaran hati nuraninya. ajrih dan asih adalah. gambaran
kehidupan iman, yang menuju ke arah kehidupan yang berdasarkan takwa.
Dan inilah gambaran dan insan kamil. Ia senantiasa berusaha menjaga
hubungan baik antara dia sendiri dengan Allah dan antara sesamanya
dengan alam sekitarnya.
Petunjuk dari Allah SWT melalui Al Quran
bahwa Pencipta segala sesuatu itu adalah Allah sendiri tanpa bantuan
dari selain-Nya. Manusia diciptakan dan segumpal darah melalui proses
pertumbuhan menurut hukum yang telah ditetapkan Allah. Allah menyatakan
diri-Nya bahwa Dialah Yang Maha Pemurah, sehingga bukan untuk ditakuti
apalagi dijauhi. Akan tetapi harus (didekati dan diikuti segala
kehendaknya, demi kepentingan dan kebaikan umat manusia sendiri. Dialah
Maha pendidik Yang Bijaksana mendidik manusia dengan ilmu pengetahuan
diri dengan menulis dan membaca.
Petunjuk ini berarti bahwa manusia harus
bisa membaca dalam arti yang sesungguhnya dan dalam arti majazi
(kiasan). Arti sesungguhnya adalah membaca apa yang ditulis, berupa
huruf Arti majazi adalah membaca diri sendiri dan alam sekitarnya serta
latar belakang dari keduanya itu (metafisika). Jadi, yang dikehendaki
Allah ialah agar manusia mampu membaca apa yang tersurat dan apa yang
tersirat, hingga benar-benar mengenal dirinya dan bertindak sesuai
dengan pengenalannya itu.
Sebuah pepatah mengatakan:
Mengenal diri sendiri bukanlah suatu hal
yang mudah, pada ilmumnya manusia baru dalam taraf mengetahui akan
dirinya, masih dalam taraf pertama. Taraf selanjutnya adalah mengerti
dan memahami kemudian mengenal dan menghayati. Setelah itu, meningkat
pada taraf mencintai yang akan mendorongnya untuk melakukan suatu
tindakan yang baik dan terpuji bagi dirinya.
Firman Allah tersebut mengandung makna
yang sangat luas dan mendalam. Untuk keperluan pembahasan ini, kita
fokuskan pada permasalahannya, yakni masalah filsafat pendidikan. Maka
kita akan memperoleh kesimpulan bahwa firman tersebut merupakan
pernyataan dan Allah SWT. bahwa kodrat alam manusia secara pribadi
adalah:
- Makhluk yang mampu bertindak serta diperlakukan secara individual,
- Makhluk yang mampu hidup bersama, yakni makhluk sosial,
- Makhluk yang mampu menerima pendidikan, atau makhluk yang bisa dididik,
- Makhluk pendukung dan pembina kebudayaan dan peradaban,
- Makhluk beragama, pendukung moral dan etika.
Filsafat pendidikan yang terkandung dalam
ayat tersebut mengakui adanya peranan manusia dalam alam semesta Karena
itu, dengan akalnya manusia telah diberi kesanggupan untuk memikirkan
segala sesuatu kepentingan hidup dan kehidupannya, termasuk masalah yang
merupakan investasi bagi perkembangan hidup dan kehidupannya.
Dalam Al-Quran, Allah sering menberikan
anjuran-anjuran yang keras agar manusia menggunakan akalnya secara
efektif untuk memperoleh hasil yang maksimal. Jadi, selain kita
diharuskan mengikuti petunjuk dari perintah Allah, juga diwajibkan
mematuhi petunjuk dan perintah dengan mencontoh Rasulullah SAW.
Sejalan dengan dasar pikiran di atas,
Rasulullah telah memberikan petunjuknya, Sabda Rasul memberikan tekanan
bahwa pendidikan itu pertama-tama dilaksanakan di lingkungan rumah
tangga. Ibu dan bapaknyalah yang menjadi guru pertama bagi anak-anaknya.
Kedua orang tuanya itulah yang akan menentukan basil dan pendidikan
anak-anaknya, dan mereka bertanggung jawab atas hasil usaha mendidik
anaknya itu kepada Allah SWT, dan akan merasakan hasil lebih payahnya
itu.
Petunjuk tersebut mengandung makna
kandungan filsafat yang luas, yang harus dipikirkan dan dikembangkan
hingga memperoleh jawaban mengenai hakikat kebenaran dan pendidikan dan
dapat dilaksanakan dengan baik dan praktis. Jelasnya, Al-Quran dan Sunah
adalah dasar dan landasan bagi filsafat pendidikan Islam, menjadi
standar kebenaran bagi basil pemikiran filosofis manusia untuk diamalkan
dalam kehidupan. Dasar-dasar tersebut tidak akan menyimpang atau
menyalahi UUD 1945 dan falsafah Pancasila, bahkan menunjang dan
memberikan isinya. Usaha pengisian ini adalah kebutuhan utama bagi
kepentingan umat Islam Indonesia. Jaminan hukum, untuk ini telah baik
dalam UUD 1945 maupun dalam falsafah Pancasila.
B. Ruang Lingkup Filsafat Pendidikan Islam
Secara umum pendidikan dapat diartikan
sebagai usaha manusia untuk membina kepribadiannya sesuai dengan
nilai-nilai di dalam masyarakat dan kebudayaan. Dengan demikian,
bagaimanapun sederhana nya peradaban masyarakat, di dalamnya terjadi
atau berlangsung suatu proses pendidikan. Oleh karena itu, sering
dinyatakan bahwa pendidikan telah ada sepanjang peradaban umat manusia.
Pendidikan pada hakikatnya merupakan usaha manusia melestarikan
hidupnya.
Di dalam buku Modern Philosophies of Education (Fourth Edition), S. Brubacher mengemukakan bahwa:
Education should be thought of the
process of man’s rcciprocal adjustmeit to nature, to his fellows, and to
the ultimate nature of the cosmos. Education is the organized
development and social uses, directed ‘toward the union’ of these
activities with their Creator as their final end. Education is the
process in which these powers (abilities, capacities) of men which’ are
susceptible to habituation are perfected by good habits: by means
artistically contrived, and employed bay a man to help another or him
self achieve the end in view (I.e. good habits).
Artinya;
Pendidikan sebagai proses timbal balik dan tiap pribadi manusia dalam penyesuaian dirinya dengan alam, dengan sesama, dan dengan alam semesta. Pendidikan juga merupakan perkembangan yang terorganisasi dan kelengkapan dan semua potensi-potensi manusia, moral, intelektual dan jasmani (fisik), oleh dan untuk kepribadian individunya dan kegunaan masyarakatnya yang diharapkan demi menghimpun semua aktivitas tersebut bagi tujuan hidupnya (tujuan akhir). Pendidikan adalah proses, di mana potensi-potensi (kemampuan, kapasitas) manusia Yang mudah dipengaruhi oleh kebiasaan-kebiasaan supaya disempurnakan oleh kebiasaan-kebiasaan yang baik. oleh alat/ media yang disusun Sedemikian rupa dan dikelola oleh manusia untuk menolong orang lain atau dirinya sendiri dalam mencapai tujuan yang ditetapkan.
Pendidikan sebagai proses timbal balik dan tiap pribadi manusia dalam penyesuaian dirinya dengan alam, dengan sesama, dan dengan alam semesta. Pendidikan juga merupakan perkembangan yang terorganisasi dan kelengkapan dan semua potensi-potensi manusia, moral, intelektual dan jasmani (fisik), oleh dan untuk kepribadian individunya dan kegunaan masyarakatnya yang diharapkan demi menghimpun semua aktivitas tersebut bagi tujuan hidupnya (tujuan akhir). Pendidikan adalah proses, di mana potensi-potensi (kemampuan, kapasitas) manusia Yang mudah dipengaruhi oleh kebiasaan-kebiasaan supaya disempurnakan oleh kebiasaan-kebiasaan yang baik. oleh alat/ media yang disusun Sedemikian rupa dan dikelola oleh manusia untuk menolong orang lain atau dirinya sendiri dalam mencapai tujuan yang ditetapkan.
Dalain hal ini, tim Dosen FIP IKIP Malang menyimpulkan pengertian pendidikan adalah:
- Aktivitas dan usaha manusia untuk meningkatkan kepribadiannya dengan jalan membina potensi-potensi pribadinya, rohani (pikiran, rasa, karsa, cipta, dan budi nurani) dengan jasmani (panca indera serta keterampilan-keterampilan).
- Lembaga yang bertanggung jawab menetapkan cita-cita (tujuan) pendidikan, isi sistem, dan organisasi pendidikan. Lembaga-lembaga ini meliputi : keluarga, sekolah, dan masyarakat (negara).
- Hasil atau prestasi yang dicapai oleh perkembangan manusia dan usaha lembaga-lembaga tersebut dalam mencapai tujuannya. pendidikan dalam arti ini merupakan tingkat kemajuan masyarakat dan kebudayaan sebagai satu kesatuan.
Dari rumusan ini masih banyak terlihat
keumuman pengertian pendidikan. Pembentukan pribadi misalnya belum
memberi gambaran tentang konsep kepribadian model yang mana. Demikian
juga perkembangan manusia yang dikehendaki keterpaduan nya dengan
kemajuan masyarakat dan hasil budaya, belum menunjukkan adanya
kualifikasi tertentu.
Sebagaimana telah dibahas di bagian
pertama buku ini, Islam memandang pendidikan sebagai pemberi corak hitam
putihnya perjalanan hidup seseorang, dan karena islam menetapkan bahwa
pendidikan merupakan hidup yang wajib hukumnya bagi pria dan wanita (faridatun alaa kuli muslumi wamuslimatin).
Tiada batasan untuk memperolehnya (sampai pun ke negeri cina), dan
berlangsung seumur hidup semenjak buaian hingga ajal datang.
Kedudukan itu secara tidak langsung telah
menetapkan pendidikan sebagai bagian yang tak terpisahkan dengan hidup
dan kehidupan umat manusia. John dewey mengemukakan bahwa pendidikan
sebagai salah satu kebutuhan hidup (a necessity of life), salah satu fungsi sosial (a social function) sebagai bimbingan (as direction), sebagai sarana pertumbuhan (as growth),
yang mempersiapkan dan membukakan serta membentuk disiplin hidup
transmisi baik dalam bentuk informasi, formal maupun non formal.
BAB III
PENUTUP
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Di dalam zaman globalisasi ini teknologi begitu maka marilah kita
mengamalkan bersama-sama tujuan pendidikan islam baik lewat pendidikan
formal maupun non formal
3.2. Saran
Pendidikan adalah salah satu tujuan pokok manusia karena itu sebagai
calon pendidik marilah kita mengamalkan tujuan pendidikan islam secara
ikhlas baik lewat pendidikan formal.
bektypunkersbilizer@gmail.com
0 komentar:
Posting Komentar