terimakasih sudah berkunjung 2012 - Dwi Bhekty Susilo

468x60 Ads

This is an example of a HTML caption with a link.

3 CERPEN MENARIK UNTUK DI BACA


KASIH SEPANJANG JALAN

http://pcdn.500px.net/3877053/ff8230c737ab41e9800b535a2fb8db534b21539d/4.jpg


Di stasiun kereta api bawah tanah Tokyo, aku merapatkan mantel wol tebalku erat-erat. Pukul 5 pagi. Musim dingin yang hebat. Udara terasa beku mengigit. Januari ini memang terasa lebih dingin dari tahun-tahun sebelumnya. Di luar salju masih turun dengan lebat sejak kemarin. Tokyo tahun ini terselimuti salju tebal, memutihkan segenap pemandangan.
Stasiun yang selalu ramai ini agak sepi karena hari masih pagi. Ada seorang kakek tua di ujung kursi, melenggut menahan kantuk. Aku melangkah perlahan ke arah mesin minuman. Sesaat setelah sekeping uang logam aku masukkan, sekaleng capucino hangat berpindah ke tanganku. Kopi itu sejenak menghangatkan tubuhku, tapi tak lama karena ketika tanganku menyentuh kartu pos di saku mantel, kembali aku berdebar.
Tiga hari yang lalu kartu pos ini tiba di apartemenku. Tidak banyak beritanya, hanya sebuah pesan singkat yang dikirim adikku, "Ibu sakit keras dan ingin sekali bertemu kakak. Kalau kakak tidak ingin menyesal, pulanglah meski sebentar, kakc". Aku mengeluh perlahan membuang sesal yang bertumpuk di dada. Kartu pos ini dikirim Asih setelah beberapa kali ia menelponku tapi aku tak begitu menggubris ceritanya. Mungkin ia bosan, hingga akhirnya hanya kartu ini yang dikirimnya. Ah, waktu seperti bergerak lamban, aku ingin segera tiba di rumah, tiba-tiba rinduku pada ibu tak tertahan. Tuhan, beri aku waktu, aku tak ingin menyesalc
Sebenarnya aku sendiri masih tak punya waktu untuk pulang. Kesibukanku bekerja di sebuah perusahaan swasta di kawasan Yokohama, ditambah lagi mengurus dua puteri remajaku, membuat aku seperti tenggelam dalam kesibukan di negeri sakura ini. Inipun aku pulang setelah kemarin menyelesaikan sedikit urusan pekerjaan di Tokyo. Lagi-lagi urusan pekerjaan.
Sudah hampir dua puluh tahun aku menetap di Jepang. Tepatnya sejak aku menikah dengan Emura, pria Jepang yang aku kenal di Yogyakarta, kota kelahiranku. Pada saat itu Emura sendiri memang sedang di Yogya dalam rangka urusan kerjanya. Setahun setelah perkenalan itu, kami menikah.
Masih tergambar jelas dalam ingatanku wajah ibu yang menjadi murung ketika aku mengungkapkan rencana pernikahan itu. Ibu meragukan kebahagiaanku kelak menikah dengan pria asing ini. Karena tentu saja begitu banyak perbedaan budaya yang ada diantara kami, dan tentu saja ibu sedih karena aku harus berpisah dengan keluarga untuk mengikuti Emura. Saat itu aku berkeras dan tak terlalu menggubris kekhawatiran ibu.
Pada akhirnya memang benar kata ibu, tidak mudah menjadi istri orang asing. Di awal pernikahan begitu banyak pengorbanan yang harus aku keluarkan dalam rangka adaptasi, demi keutuhan rumah tangga. Hampir saja biduk rumah tangga tak bisa kami pertahankan. Ketika semua hampir karam, Ibu banyak membantu kami dengan nasehat-nasehatnya. Akhirnya kami memang bisa sejalan. Emura juga pada dasarnya baik dan penyayang, tidak banyak tuntutan.
Namun ada satu kecemasan ibu yang tak terelakkan, perpisahan. Sejak menikah aku mengikuti Emura ke negaranya. Aku sendiri memang sangat kesepian diawal masa jauh dari keluarga, terutama ibu, tapi kesibukan mengurus rumah tangga mengalihkan perasaanku. Ketika anak-anak beranjak remaja, aku juga mulai bekerja untuk membunuh waktu.
Aku tersentak ketika mendengar pemberitahuan kereta NaritaExpres yang aku tunggu akan segera tiba. Waktu seperti terus memburu, sementara dingin semakin membuatku menggigil. Sesaat setelah melompat ke dalam kereta aku bernafas lega. Udara hangat dalam kereta mencairkan sedikit kedinginanku. Tidak semua kursi terisi di kereta ini dan hampir semua penumpang terlihat tidur. Setelah menemukan nomor kursi dan melonggarkan ikatan syal tebal yang melilit di leher, aku merebahkan tubuh yang penat dan berharap bisa tidur sejenak seperti mereka. Tapi ternyata tidak, kenangan masa lalu yang terputus tadi mendadak kembali berputar dalam ingatanku.
Ibu..ya betapa kusadari kini sudah hampir empat tahun aku tak bertemu dengannya. Di tengah kesibukan, waktu terasa cepat sekali berputar. Terakhir ketika aku pulang menemani puteriku, Rikako dan Yuka, liburan musim panas. Hanya dua minggu di sana, itupun aku masih disibukkan dengan urusan kantor yang cabangnya ada di Jakarta. Selama ini aku pikir ibu cukup bahagia dengan uang kiriman ku yang teratur setiap bulan. Selama ini aku pikir materi cukup untuk menggantikan semuanya. Mendadak mataku terasa panas, ada perih yang menyesakkan dadaku. "Aku pulang bu, maafkan keteledoranku selama inic" bisikku perlahan.
Cahaya matahari pagi meremang. Kereta api yang melesat cepat seperti peluru ini masih terasa lamban untukku. Betapa masih jauh jarak yang terentang. Aku menatap ke luar. Salju yang masih saja turun menghalangi pandanganku. Tumpukan salju memutihkan segenap penjuru. Tiba-tiba aku teringat Yuka puteri sulungku yang duduk di bangku SMA kelas dua. Bisa dikatakan ia tak berbeda dengan remaja lainnya di Jepang ini. Meski tak terjerumus sepenuhnya pada kehidupan bebas remaja kota besar, tapi Yuka sangat ekspresif dan semaunya. Tak jarang kami berbeda pendapat tentang banyak hal, tentang norma-norma pergaulan atau bagaimana sopan santun terhadap orang tua.
Aku sering protes kalau Yuka pergi lama dengan teman-temannya tanpa idzin padaku atau papanya. Karena aku dibuat menderita dan gelisah tak karuan dibuatnya. Terus terang kehidupan remaja Jepang yang kian bebas membuatku khawatir sekali. Tapi menurut Yuka hal itu biasa, pamit atau selalu lapor padaku dimana dia berada, menurutnya membuat ia stres saja. Ia ingin aku mempercayainya dan memberikan kebebasan padanya. Menurutnya ia akan menjaga diri dengan sebaik-baiknya. Untuk menghindari pertengkaran semakin hebat, aku mengalah meski akhirnya sering memendam gelisah.
Riko juga begitu, sering ia tak menggubris nasehatku, asyik dengan urusan sekolah dan teman-temannya. Papanya tak banyak komentar. Dia sempat bilang mungkin itu karena kesalahanku juga yang kurang menyediakan waktu buat mereka karena kesibukan bekerja. Mereka jadi seperti tidak membutuhkan mamanya. Tapi aku berdalih justru aku bekerja karena sepi di rumah akibat anak-anak yang berangkat dewasa dan jarang di rumah. Dulupun aku bekerja ketika si bungsu Riko telah menamatkan SD nya. Namun memang dalam hati ku akui, aku kurang bisa membagi waktu antara kerja dan keluarga.
Melihat anak-anak yang cenderung semaunya, aku frustasi juga, tapi akhirnya aku alihkan dengan semakin menenggelamkan diri dalam kesibukan kerja. Aku jadi teringat masa remajaku. Betapa ku ingat kini, diantara ke lima anak ibu, hanya aku yang paling sering tidak mengikuti anjurannya. Aku menyesal. Sekarang aku bisa merasakan bagaimana perasaan ibu ketika aku mengabaikan kata-katanya, tentu sama dengan sedih yang aku rasakan ketika Yuka jatau Riko juga sering mengabaikanku. Sekarang aku menyadari dan menyesali semuanya. Tentu sikap kedua puteri ku adalah peringatan yang Allah berikan atas keteledoranku dimasa lalu. Aku ingin mencium tangan ibu....
Di luar salju semakin tebal, semakin aku tak bisa melihat pemandangan, semua menjadi kabur tersaput butiran salju yang putih. Juga semakin kabur oleh rinai air mataku. Tergambar lagi dalam benakku, saat setiap sore ibu mengingatkan kami kalau tidak pergi mengaji ke surau. Ibu sendiri sangat taat beribadah. Melihat ibu khusu' tahajud di tengah malam atau berkali-kali mengkhatamkan alqur'an adalah pemandangan biasa buatku. Ah..teringat ibu semakin tak tahan aku menanggung rindu. Entah sudah berapa kali kutengok arloji dipergelangan tangan.
Akhirnya setelah menyelesaikan semua urusan boarding-pass di bandara Narita, aku harus bersabar lagi di pesawat. Tujuh jam perjalanan bukan waktu yang sebentar buat yang sedang memburu waktu seperti aku. Senyum ibu seperti terus mengikutiku. Syukurlah, Window-seat, no smoking area, membuat aku sedikit bernafas lega, paling tidak untuk menutupi kegelisahanku pada penumpang lain dan untuk berdzikir menghapus sesak yang memenuhi dada. Melayang-layang di atas samudera fasifik sambil berdzikir memohon ampunan-Nya membuat aku sedikit tenang. Gumpalan awan putih di luar seperti gumpalan-gumpalan rindu pada ibu.
Yogya belum banyak berubah. Semuanya masih seperti dulu ketika terakhir aku meninggalkannya. Kembali ke Yogya seperti kembali ke masa lalu. Kota ini memendam semua kenanganku. Melewati jalan-jalan yang dulu selalu aku lalui, seperti menarikku ke masa-masa silam itu. Kota ini telah membesarkanku, maka tak terbilang banyaknya kenangan didalamnya. Terutama kenangan-kenangan manis bersama ibu yang selalu mewarnai semua hari-hariku. Teringat itu, semakin tak sabar aku untuk bertemu ibu.
Rumah berhalaman besar itu seperti tidak lapuk dimakan waktu, rasanya masih seperti ketika aku kecil dan berlari-lari diantara tanaman-tanaman itu, tentu karena selama ini ibu rajin merawatnya. Namun ada satu yang berubah, ibu...
Wajah ibu masih teduh dan bijak seperti dulu, meski usia telah senja tapi ibu tidak terlihat tua, hanya saja ibu terbaring lemah tidak berdaya, tidak sesegar biasanya. Aku berlutut disisi pembaringannya, "Ibu...Rini datang, bu..", gemetar bibirku memanggilnya. Ku raih tangan ibu perlahan dan mendekapnya didadaku. Ketika kucium tangannya, butiran air mataku membasahinya. Perlahan mata ibu terbuka dan senyum ibu, senyum yang aku rindu itu, mengukir di wajahnya. Setelah itu entah berapa lama kami berpelukan melepas rindu. Ibu mengusap rambutku, pipinya basah oleh air mata. Dari matanya aku tahu ibu juga menyimpan derita yang sama, rindu pada anaknya yang telah sekian lama tidak berjumpa. "Maafkan Rini, Bu.." ucapku berkali-kali, betapa kini aku menyadari semua kekeliruanku selama ini. 







PEREMPUAN DIBALIK KERUDUNG

http://rinduku.files.wordpress.com/2010/05/ade10.jpg


Cinta itu adalah perasaan yang mesti ada pada tiap-tiap diri manusia, ia laksana setetes embun yang turun dari langit, bersih dan suci. Hanya tanahnyalah yang berlainan menerimanya. Jika ia jatuh ke tanah yang tandus, maka ia akan tumbuh sebagai pendusta, penipu dan hal lain yang tercela. Tetapi jika ia jatuh ke tanah yang subur, di sana ia akan tumbuh kesucian hati, keikhlasan, setia, dan budi pekerti yang tinggi serta perangai lainnya yang terpuji.
Terkadang cinta itu membuat semua orang jadi bahagia, sengsara, atau bahkan cinta bisa membuat seorang menjadi tak berdaya, tetapi banyak sekali dari diri kita yang salah menentukan arah tujuan dari pada cinta! Setiap orang pasti punya rasa cinta, tapi tak setiap orang dapat merasakan indahnya cinta! Setiap orang pernah bercinta tapi tak setiap orang mampu mengecap bahagianya cinta...

Semua orang pasti memiliki perasaan cinta, karena hal itu merupakan tabi’at dari manusia itu sendiri. Bukankah Allah SWT pernah berfirman dalam Al-Qur’an; ’’Dijadikan indah pula ( pandangan ) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu; wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia dan disisi Allah-lah tempat kembali yang baik (syurga). (Qs. Ali imron: 14). Kata-kata itu muncul ketika Ustadz Afandi memberikan ceramah di masjid Baitusy syahid.
”Cinta itu memang anugerah, tetapi juga bisa menjadi musibah! (kata Ustadz).Tergantung kita di dalam mengemasnya..! Jikalau cinta itu kita kemas atas dasar ketakwaan kepada Allah, maka cinta itu akan berbuah menjadi anugerah terindah. Tetapi, jika cinta itu kita kemas atas dasar syahwat, maka cinta itu akan menjadi petaka bagi kita! Seperti yang di alami oleh Abdullah.

Ia adalah seorang anak yang rajin, sopan, dan murah senyum. Hik’s!
Selama ini ia menjalani aktivitas sehari-hari di pesantren lita’limil Qur’an. Hari demi hari, jam demi jam, menit demi menit, dan detik demi detik, ia gunakan untuk menitih ilmu. Disana, ia dididik, diasuh, dan digembleng oleh ustad-ustad yang sudah mahir di bidang agamanya. Seiring berjalannya waktu, ketika burung berkicau dengan begitu indah, ayam berkokok dengan begitu kerasnya, ketika langit sudah mulai menampakkan pesona keindahannya...( duuh..jadi terharu nih!) para santri bersiap-siap menuju ke masjid untuk memenuhi panggilan Illahi rabbi. Allahu akbar...Allahu akbar...
Suara adzan bergemuruh, menggetarkan hati pendengarnya. Dengan suara yang merdu dan indah seorang mu’adzin melantunkan kalimat takbir.
”Took...! Took...! Kang..bangun..bangun! Sudah waktunya sholat shubuh!”, suara pengurus pesantren yang sedang membangunkan para santri yang masih tertidur lelap di tempat tidurnya, hanya untuk memenuhi panggilan Illahi. “Kang…ayo bangun.” Suara Arif mengajakku. “ada apa kang…?” sahutku yang masih memeluk bantal. ”Sudah waktunya sholat shubuh, ayo kang...bangun!” sahut Arif mendesak. ”Iya..” kataku singkat sambil menarik selimut, ”Ayo...!” sahut Arif sambil menarik bantal dan selimutku, ”iya..iya...!” sambungku masih mengantuk.
Semua santri terbangun, kemudian mengambil air wudhu untuk mensucikan diri. Ada juga dari salah satu santri yang sudah duduk didepan mimbar sedang melantunkan ayat-ayat Al-qur’an, sementara santri lain sedang muraja’ah kitab, serta ada yang melakukan sholat rawatib dua raka’at, dan ada juga santri yang masih sulit untuk dibangunkan, akhirnya pengurus memercikkan air di mukanya.
Setelah selesai melaksanakan sholat subuh, semua santri duduk berbaris ke belakang untuk muthola’ah ayat-ayat Al-qur’an yang sudah pernah dihafalnya, dengan Ustadz Rohman AL.LC. Ada yang sudah menghafal 1 jus, 5 jus, atau bahkan sampai 30 jus. Pagi yang cerah!
Di mana matahari mulai menampakkan pancaran sinarnya, terlihat awan yang cerah dan angin yang terhembus menerpa awan. Sekitar pukul 08.00 para santri mempersiapkan diri dan memulai melangkahkan kaki.
”kang...cepatlah, ayo kita berangkat!” Teriak Ardi dengan keras.
”Ustadznya udah hadir belum?” Sahut Ikhsan sambil mencari kitabnya yang telah hilang.” ”sudah kang...Ustadznya sudah menunggu di depan kelas.” balas Ardi dengan tegas. ”Ya akhi..tunggu sebentar”, sahut Ikhsan sambil membawa kitabnya.
Akhirnya merekapun berbondong-bondong (fastabikhul khoirat) menuju ke majlis ta’lim untuk tholabul ’ilmi atau mencari ilmu. Yeap’s! Ketika para santri ingin mengkaji kitab Ihya’ ulumuddin dengan pak Ustadz, sebut saja ustadz Imron! Beliau yang mengajarkan ilmu-ilmu syari’at di sana.
Tuut...! tuut...! (bunyi hujan di atas genting!) hiip’s..! bunyi bel tanda masuk kelas dibunyikan, semua santri putra maupun putri memasuki kelas. Di samping itu ada dua orang santri yang belum memasuki kelas, yaitu aku dan ukhti Ria.
Ku langkahkan kaki menuju tempat yang belum pernah aku memasukinya, ketika sampai didepan pintu, terdengar banyak orang melafadzkan Kalamullah dan kalam rosulullah, hatiku menjadi terenyuh dan tergugah untuk mempelajarinya. Disaat aku telah meresapi dan menghayati ayat-ayatullah, tiba-tiba terlihat sosok wanita bercadar yang memakai kerudung putih berjalan dengan tergesa-gesa menuju majlis ta’lim untuk mempelajari kitab yang di karang oleh imam Ghozali. Sekejap aku melihatnya, terlihat di matanya tampak ada rasa penyesalan yang tiada tara karena terlambat memasuki kelas.
Pada saat itu pula, kami sempat saling bertatap mata satu dengan yang lainya. Kulihat pancaran pesona keindahan di setiap gerak-gerik kelopak matanya..! (deuh..jatuh cinta nih kayaknya!)
Akupun memberanikan diri untuk bertanya, dengan malu-malu kuucapkan sepatah kata, ”Ukhti terlambat ya?”
diapun menjawab dengan begitu anggunnya, ”iya akhi, tadi kitab saya tidak ada di almari.
”Kamu juga kenapa terlambat?”, tanya ukhti.
Dengan santai aku menjawabnya, ”saya anak baru disini, jadi saya tidak begitu paham tentang kegiatan pondok ini”, ”Ohh...begitu ya! sahut ukhti dengan lembut.”
Kemudian, ku ketuklah pintu kelas dengan pelan-pelan.
Took...! took...!
Dag..dig...dug...jantung berdetak begitu kencangnya, ketika ingin memasuki fashlul ’ula (kelas satu), yang pada saat itu sedang belajar Ihya’ ulumuddin.

Akupun mengucapkan salam: “Assalamu’alaikum?”
semua santri menjawab: ”wa’alaikum salam.”
Semua orang menatapku keheranan, ada juga yang berteriak mengejekku.
Huu...! huu...! ada yang janjian nih ya kayaknya..! hmm..
Didalam hatiku tidak ada rasa kesal sedikitpun ketika teman-teman mengejekku, mungkin karna saya belum mengenal mereka sepenuhnya. Hanya ’Arif’lah yang aku kenal pada saat itu, karna sebelumnya dialah yang mengantarkanku untuk bertemu dengan KH. Abu ahmad ruhani AL.LC. ketika awal saya mondok di pesantren. Yah, Beliau adalah selaku Amir Ma’had lita’limil Qur’an.
Tetapi aku merasa tidak enak kepada ukhti yang sama-sama terlambat masuk kelas tadi. Tentu dia sangat malu sekali atas kejadian pada waktu itu. Raut wajahnya terlihat tampak layu, tatapan matanya terlihat membiru, Aku mencoba untuk tenangkan diri, aku merasa sangat bersalah kepada ukhti, dalam hati aku ucapkan; ”maafkan aku ukhti!” (sebelumnya aku belum mengenal siapa namanya). Setelah aku memasuki kelas, Ustadz Imron bertanya kepadaku, ”masmukal karim ya Akhi (siapa namamu)?”
Ismi Abdullah Ustadz! (nama saya Abdullah Ustadz).”
”sebelumnya aku belum pernah melihatmu, kamu santri baru ya disini?” tanya Ustadz bijaksana. ”Na’am (iya) Ustadz!” jawabku lirih. Kemudian Ustadz menyuruhku untuk berta’aruf (berkenalan) dengan teman-teman di depan kelas.
Akupun mulai memperkenalkan diri, ”Assalamu’alaikum wr.wb?” kataku memulai. ”wa’alaikum salam wr.wb” sahut teman-teman.
Pertanyaan demi pertanyan di lontarkan kepadaku. ”Masmukal karim ya akhi?” tanya Hafidz. ”wa ’aina taskunu ya akhi?” sahut Ilham.
Udara sejuk di pagi hari, angin menghembus melewati sela-sela jendela, sementara baling-baling kipas berputar dengan kencangnya, tetapi udara saat itu terasa sangat panas bagiku. Ku menarik nafas pelan-pelan, dan ku mulai menjawab pertanyaan-pertanyaan yang di lontarkan kepadaku, ”Ismi Abdullah akhi, ana min Purwodadi” jawabku dengan tenang. Ketika saya berada didepan kelas, sayapun melihat seorang wanita berkerudung putih merengguk sedih tepat di sudut tembok sebelah kiri, ternyata ia adalah ukhti.
Setelah kejadian itu, hatiku terasa gundah dan piluh, disetiap gerak-gerik langkahku, terpaku dalam kalbu, di setiap jangkauan pandanganku terlintas bayangan kelembutan senyum manis yang menghiasi wajah, terlintas bayangan wajah ukhti. Bahkan, disaat aku membaca kalamullah, disetiap lantunan ayat yang aku baca, terbayang-bayang semua tentangnya, keanggunan prilakunya, tutur katanya, bahkan kerudungnya...! hip’s!
Ya Allah..
Ampunilah hambamu ini.. hamba tidak kuat menahan rasa yang terus menghambur di dalam hati... Sejenak akupun termenung dan berkata, ”Apakah ini yang dinamakan cinta?”, selama ini saya tidak pernah merasakan getaran yang begitu dahsyatnya seperti yang aku rasakan saat ini. Pada saat itu pula, bibirku bergetar dengan sendirinya, seraya berkata:

Ooh..ukhti...
Namamu tak terukhir dalam catatan harianku Asal-usulmu tak hadir dalam diskusi kehidupanku Wajah wujudmu tak terlukis dalam sketsa mimpi-mimpiku
Indah suaramu tak terekam dalam pita batinku
Namun, kau hidup mengaliri pori-pori cinta dan semangatku
Sebab, kau adalah hadiah terindah..untukku..! Langitpun sudah mulai semakin gelap, terlihat para santri sedang menghafal hadits ”Arba’in An-nawawi”, mereka sedang menghafal hadits yang ke-13 yang berbunyi: ”Laa yu’minu ahadukum hattaa yuhibbu liakhiihi maa yuhibbu linafsih” artinya, ’Tidaklah sempurna iman seseorang diantara kamu sekalian, sehingga ia mencintai saudaranya (sesama muslim) sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri’, di sisi lain aku tidak menghafalkan hadits, ku duduk di serambi masjid sedang termenung. Ternyata, aku masih memikirkan Ukhti yang memakai kerudung putih tadi. Hafidz bertanya kepadaku, ”kenapa akhi termenung gelisah seperti itu?”, ”tidak apa-apa akhi” jawabku menghindar. ”Kenapa Akhi, apa yang terjadi? Hari ini kamu terlihat sedih sekali, kenapa?” desak Hafidz sambil memegang bahu kiriku. ”aku sedang memikirkan sesuatu Akhi, hatiku sedih, dan aku merasa bersalah”, sahutku. ”Laa tahzan innallaha ma’anaa (jangan bersedih, sesungguhnya Allah bersama kita)” sahut Umar menasehati.
Allahu akbar...Allahu akbar...Suara adzan telah di kumandangkan! Semua santri bergegas menuju ke masjid untuk melaksanakan sholat magrib secara berjama’ah. Setelah selesai sholat, para santri mempersiapkan diri untuk mengaji kitab Riyadus shalihin, karangan Imam An-nawawi dengan Ustadz Abu ahmad ruhani AL.LC. Beliau membuka kajian itu dengan ucapan salam, ”Assalamu’alaikum wr.wb.” sahut para santri, ”wa’alaikum salam wr.wb.” Kemudian, beliau memberikan hikmah tentang ”Takwa”, salah satunya yaitu didalam Surat Ath-Thalaq ayat 2, ”Barangsiapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan memberi jalan keluar baginya dan Allah akan memberi rezeki dari arah yang tiada di sangka-sangkanya.” Begitu indah beliau menguraikannya, sehingga dapat menyentuh kalbu. Setelah selesai memberikan materi, Ustadz bertanya kepada para santri, ”siapa yang tidak menghafalkan hadits Arba’in An-nawawi hari ini?” semua santri terdiam. ”Coba maju kedepan” lanjut Ustadz. Akhirnya, tiga orang santri maju kedepan, yaitu Asep, Yahya, dan Abdullah. Satu persatu mereka ditanya bagaimana bisa sampai tidak menghafalkan hadits.
Ustadz bertanya kepada Asep, ”bagaimana bisa kamu tidak menghafal Sep?”
”Saya tadi lupa Ustadz”, jawab Asep.
Kemudian, Ustadz meneruskan pertanyaan, ”kenapa bisa lupa Sep, apa yang kamu kerjakan selama hari ini?” ”saya tadi di suruh Ustadzah Nisa’ untuk membeli kitab di Zia, pusat pembelian kitab.” saya tidak sempat menghafal Ustadz! Afwan...sahut Asep sambil menundukkan kepala.
Kemudian Ustadz melontarkan pertanyaan kepada yahya, ”kalau kamu kenapa ya?”...jawab yahya dengan gemetar, ”Aaa..a...a..ku, tadi ketiduran Ustadz!”.
”Kenapa bisa?” tanya Ustadz kembali.
”tadi habis bermain kurotal kodam (sepak bola) Ustadz!”...jawab yahya.
”Sebagian dari (kualitas) yang baik dari keislaman seseorang adalah meninggalkan sesuatu yang tidak berguna baginya, Paham?” lanjut Ustadz menasehati. ”iya Ustadz, saya paham!” jawab yahya menyesal. Malam begitu terang saat itu, terlihat bulan yang di selimuti banyak bintang, angin menghembus kencang, udara terasa dingin. Menggambarkan suasana hatiku pada waktu itu, tubuhku menjadi dingin seperti angin yang menghembus kencang menerpa dedaunan kering, ketika ustadz memberikan pertanyaannya kepadaku. ”Kenapa kamu tidak menghafal Abdul?” tanya Ustadz lirih. ”Saya tidak tahu Ustadz kalau di suruh menghafalkan hadits!” jawabku pelan. ”ya sudah tidak apa-apa, besok dihafalkan ya?” sahut Ustadz memaklumi.
Pada saat itu pula, aku melihat wajah ukhti yang berada di sebelah kanan tiang masjid. Wajah paras, elok, anggun, nan indah terpadu menjadi satu. Hatiku berbunga-bunga dibuatnya, tubuhku terasa kaku karenanya. Ooh..! Sungguh diriku tak kuat menahan rasa yang terus menggelut di dalam hati. Malam semakin gelap, semua santri pulang ke pondok untuk beristirahat.
Huuupps...! huuups...! Suara santri yang sedang menyedu teh hangat, terasa manis, dan enak. Sedangkan aku berada di tempat tidur, memeluk bantal sambil menghitung genting yang berada di atas tempat tidur. Kemudian Arif menghampiriku dengan membawa secangkir teh hangat.
”Kenapa Dul?” tanya Arif mengganggu. ”Gak..!” jawabku singkat.
”Ayo..ayo..kenapa? jatuh cinta ya?” sahut Arif menggoda.
”Yee..siapa coba yang jatuh cinta?” jawabku mengelak.
”Ayo..sama siapa? ngaku saja, siapa tahu saya nanti bisa bantu!” sahut Arif.


Akupun sedikit berfikir, akhirnya aku menceritakan semuanya kepada Arif. Terdengar suara keras ke arahku, Ha...ha....ha....! ”Arif tertawa terbahak-bahak, mengejekku!”... wajahku tampak pucat saat itu, ku mencoba untuk tenangkan diri, terbesit di telingaku kata-kata maaf. ”Maaf Dul...maaf...! aku tidak bermaksud untuk mengejekmu, aku hanya heran saja, masak cowok selugu kamu bisa jatuh cinta?” sahut Arif meminta maaf.
”Cinta itu khan anugerah Rif, emangnya gak boleh ya, kalau aku jatuh cinta!” sahutku singkat. ”boleh sih, tapi.....?” kata Arif penuh makna.
”Tapi kenapa?” jawabku penasaran. ”kalau boleh tahu, siapa sih yang membuat hati kamu jadi luluh seperti ini?”...”hmm...!” wajahku memerah tampak malu, hanya kata itulah yang terucap dalam bibirku. ”Ehem..kamu jatuh cinta sama Ukhti Ria ya?” sahut Arif menggoda.
Jadi, namanya Ukhti Ria ya? Sahutku dengan kilat. Upp’s..ketahuan deh!
”Ooh..gitu tho! Bener khan apa yang aku bilang!” hik’s...Arif tersenyum kepadaku.
”Iya deh iya...aku ngaku, aku memang sedang jatuh hati kepada Ukhti..!”...akhirnya kami pun tersenyum dan tertawa bersama.
Malam semakin gelap, semua kamar tertutup dan semua lampu mati, semua santri telah tertidur pulas. Hanya lampu kamarkulah yang masih hidup, karena aku masih bersendau gurau dengan Arif, yang kebetulan dia satu kamar denganku. Wuussst...! Suara angin malam yang menerjang ranting pepohonan. Kulihat suasana malam yang sunyi sepi, akhirnya akupun berbaring di tempat tidur tepat di sebelahnya Arif, dan akupun mulai membaca do’a, ”Bismika Allahumma ahyaa wa bismika amuut”....dan akhirnya akupun tertidur. Dinyalakanya saklar lampu yang lebih terang. Kulirik jam weker yang berada di atas meja belajar. Pukul 03.10. waktunya qiyamul lail. Akupun mulai beranjak dari tempat tidur, ku carilah sandal jepit jelekku yang berada di rak. Masih terbayang sehelai kain yang dililitkan di mahkota terindah. Yeah...wajah Ukhti masih saja hinggap di benak hati dan pikiranku. Segera ku ambil air wudhu, dan ku gelar sajadah kesayanganku. Yeap’s! Sajadah yang selalu menemaniku di kala aku sedang sedih. Dengan hati yang tulus ikhlas, akupun mulai melafadzkan kalimat takbir.
”Ya Rabbi ya Rahman ya Rahim...tak sedikitpun hamba berniat untuk berpaling darimu, hamba hanya tak kuat menahan gejolak yang bersemayam di dalam kalbu.” Ku ungkapkan semua keluh kesah yang ada di benak hati. Malam begitu sunyi, terlihat bulan dan bintang bersinar terang menyinari kegelapan alam.
Ku goreskan pena dengan tinta warna hitam di atas selembar kertas, yang di dalamnya tertuliskan perasaan dan isi hatiku yang paling dalam. ”Sejak pertama kali aku melihatmu, dirimu selalu hadir dalam mimpi-mimpiku, wajah wujudmu selalu ada di setiap langkah kakiku, suaramu terekam dalam pita batinku, kau hidup mengaliri pori-pori cinta dan semangatku, ternyata diriku telah jatuh hati padamu.”... ku kirimkan surat ini lewat Arif. Setelah selesai mengaji Arif memberikan surat ini kepada Ukhti Ria.
”Assalamu’alaikum Ukhti?” kata Arif memanggil.
”Wa’alaikum salam, ada apa Akhi?” Sahut Ukhti Hidayah teman Ukhti Ria.
”Tidak, aku hanya ada perlu sedikit dengan Ukhti Ria. Dia ada tidak?” sahut Arif tergesa-gesa. ”Afwan Akhi, Ukhti Ria sedang mengisi acara di majlis ta’lim KAMAL (kuliah mu’alimil Qur’an), ada perlu apa ya? Nanti akan saya sampaikan kepada Ukhti Ria!” sahut Ukhti Hidayah. ”Iya Ukhti, saya Cuma ingin menyampaikan bincisan kecil ini buat Ukhti Ria, tolong sampaikan ya! Dan jangan dibaca dulu sebelum Ukhti Ria yang membacanya.” Sahut Arif. ”Iya Akhi Insyaallah.” balas Ukhti Hidayah. ”Ya sudah, Syukron katsiron. Jazakillahu ahsanal jaza’...! Sahut Arif sambil melambaikan tangan.
Sudah hampir dua hari aku menunggu jawaban dari Ukhti...Akhirnya, pagi itu...! Pagi yang amat cerah, sementara sang surya utuh menampakkan sinarnya, hembusan kencang awan pagi membuatku belum cukup punya nyali untuk menerima jawaban yang diberikan oleh Ukhti. Ku mencoba untuk tenangkan diri, bibir bergetar melantunkan ayatullah ”Robbissrohli shodri wayassirlii amri wahlul ukdatan min lisaani yafqahuu khouli”, tubuhku tiba-tiba menggigil kedinginan, ketika Ukhti Ria memberikan sesuatu kepadaku. Yeap’s! seuntai kata yang tertuliskan di selembar kertas warna merah muda, kemudian dimasukkanya ke dalam buku kecil nadham jurumiyah. Ternyata itu adalah jawaban yang diberikan oleh Ukhti kepadaku. Malam itu adalah merupakan malam bersejarah bagi kehidupanku, yang mungkin tidak akan pernah aku lupakan di sepanjang denyut nadiku. Setelah menata hati, ku ambil surat yang diberikan oleh Ukhti yang berada diatas meja belajarku. Ku awali membuka surat itu dengan membaca Basmalah ”Bismillahirrahmaanirrahim”, tanganku gemetar ketika ingin membaca surat itu. Kemudian kulepaslah pita yang diikatkan pada amplop surat, kubaca dengan suara lirih, didalamnya berisikan kata-kata penuh makna. Astagfirullah! Tiba-tiba hatiku terkejut ketika membaca isi surat pada paragraf terakhir, pada akhiran surat tertuliskan:
Bukan maksudku menyakiti hati Diriku hanya tidak ingin membuatmu menjadi rapuh
Ku tak ingin engkau terombang-ambing Sebagaimana ranting pohon yang di terjang angin
Sebenarnya....diriku sudah ada yang memiliki Satu minggu sebelum engkau mengirimkan surat kepadaku, aku sudah di khitbah oleh Ilham mishbahul munir, putra dari Ustadz Rohman! Maafkan aku Akhi, semoga engkau mendapatkan pengganti yang lebih baik dari pada aku. Sekali lagi maafkanlah aku.....! Kurapatkan jaket. Kupeluk kedua lutut menempel di dada, bertopang dagu sambil melamun.

Hatiku hancur berkeping-keping seperti ceriping yang digiling-giling setelah selesai membaca surat itu. Diriku berada didalam kesedihan yang berkepanjangan, tubuhku yang kurus tampak semakin terlihat kurus. Wajahku tampak kusut tak bercahaya, bayang-bayang wajahnya masih saja terus menghantuiku....! Uuch...! sungguh terasa perih hatiku, sungguh diriku sudah tidak ada gunanya lagi untuk hidup.
”Sedih ya sedih, tapi jangan menyiksa diri sendiri seperti itu dong!” kata Arif menasehati sambil memegang pundak kananku. ”Habis, kok bisa-bisanya cintaku yang tulus berbalik menusukku seperti ini, apa salahku Rif?” sahutku sedih.
”Kamu tidak salah Abdul, tetapi..cinta kamu yang terlalu berlebihan itu yang membuat kamu menjadi tidak siap untuk menghadapi cobaan ini.
Kebahagiaan atas cinta pada manusia itu terbatas masa berlakunya. Beda banget dengan cinta sama Allah. Cinta Allah itu indah, kekal, tanpa pamrih, dan gak kenal kata putus.....! Ayo Abdul semangat...tunjukin sama Allah bahwa kamu itu Ikhwan yang tabah dan kuat dalam menghadapi cobaan. Dan yakinlah, sesungguhnya dengan mengingat Allah hati kita akan menjadi tenang.” kata Arif menghibur.
”Iya Rif, apa yang kamu katakan itu benar, cinta kepada makhluk itu sifatnya hanya sementara. Berbeda halnya cinta kepada Allah. Sesungguhnya, masih banyak lagi sesuatu yang jauh lebih bermanfaat yang harus aku kerjakan, dibandingkan saya terus menerus terpuruk dalam kesedihan.” kataku sambil berdiri.

”Nah, begitu dong...! itu baru sahabatku...!” sahut Arif sambil mengacungkan ibu jari tangannya. Akhirnya kamipun tersenyum bersama, dan ku dekap erat tubuh Arif sambil menggenggam jari tangannya. Pesan; ” Cintailah orang yang mencintaimu sewajarnya saja, karena bisa jadi orang yang engkau cintai akan berbalik membencimu pada suatu masa, dan Bencilah orang yang membencimu sewajarnya saja, karena bisa jadi orang yang engkau benci akan berbalik mencintaimu pada suatu masa.” 



TAKDIR ILLAHI

http://riyadhohayatkursi.files.wordpress.com/2011/12/merubah-takdir-riyadhohayatkursi-wordpress-com.jpg


Bekti adalah pemuda yang taat beragama apalagi kepeda kedua orang tua. Ia sangat menghormati siapapun. Ameskipun ia masih sangat muda, namun Ilmu agama yang ia miliki tidak kalah dengan ustad. Maklum saja, dia adalah pemuda jebolan pesantren. Namun demikian dia sama sekali tidak memperlihatkan ilmu yang ia miliki sedikitpun, apalagi di panggil ustad, dia tidak mau. Dia tetap rendah hati dan tidak sombong sama sekali. Malah dia cenderung menyembunyikan Ilmu yang ia miliki. Kehidupannya pun sederhana. Sehari-hari dia mengais rizki dari bengkel kecil di rumahnya. Tidak seperti orang pada umumnya, dia tidak bingung dengan apa yang akan dimakan besok jika bengkel sedang sepi. Bagi saya cuma satu kalimat ungkapan untuk dia “pemuda idaman setiap wanita”. Bagaimana tidak, sudah pintar, sederhana, soleh lagi. Wah benar-benar perfect.


Meski begitu ia memiliki teman dari berbagai kalangan. Ia juga tidak membeda-bedakan siapapun dalam berteman. Sampai suatu hari salah seorang temannya, sebut saja Udin, akan menikah. Udin meminta dia untuk ikut mempersiapkan segala sesuatunya. Dia dan Udin memang sudah  seperti saudara. Orang tuanya Udan juga sudah menganggap Heri seperti anaknya sendiri. Heri juga diperkenalkan dengan calon istrinya Udin. Dyah namanya. Gadis berjilbab yang cantik dan solihah.


Dan merekapun mulai mempersiapkan segala sesuatu untuk pernikahan Udin. Mulai dari akad nikah, resepsi, persewaan perlengkapan, juga undangan tentunya. Tak seharipun mereka lalui tanpa bersama saat proses persiapan pernikahan ini. Persiapan sudah hampir rampung. Hanya tinggal menyebar undangan saja.


Namun kali ini Udin sendirian tanpa ditemani Heri. Saat perjalanan menuju rumah saudaranya, sesuatu tak terduga terjadi pada Udin.
“Bresss…”, kecelakaan menimpa Udin.
“kring..kring..kring..,  nada dering handphone Bekti pun berbunyi.
“Assalamu’alaikum..”, belum sempat Bekti bertanya dari siapa telepon ini, sambil serius mendengarkan orang yang menelepon, tiba-tiba terucap oleh mulut Bekti, “Innalillahi wa inna ilaihi roji’un”. Ternyata itu adalah telepon dari rumah sakit yang mengabarkan bahwa sahabat karipnya itu kecelakaan. Tanpa pikir panjang    Bekti langsung tancap gas menuju rumah sakit.


Di saat pernikahan sudah di depan mata, Udin justru meregang nyawa. Kondisinya kritis karena kehilangan banyak darah. Keluarga berkumpul. Semua usaha telah maksimal dilakukan oleh dokter. Hanya do’a yang tersisa.


Pada saat-saat terakhir Udin ingin mengatakan sesuatu yang mungkin itu adalah permintaan terakhirnya. Dokter pun mempersilakan Heri untuk masuk. Namun hanya Heri dan Dyah yang diminta Udin untuk masuk. Tak lama kemudian Heri dan Dyah keluar. Sementara Dyah tak kuasa menahan tangis, untuk yang kedua kalinya terucap kata dari mulut Heri, “Innalillahi wa inna ilaihi roji’un”. Tangis Dyah semakin pecah dan seluruh keluarga pun tak dapat menahan sesuatu yang memaksa keluar dari mata mereka. Suasana yang semula penuh kebahagiaan, kini berubah menjadi mendung.

Tujuh hari penuh selepas pemakaman, keluarga beserta para tetangga menggelar tahlilan dan di,a bersama yang ditujukan tentu saja untuk Almarhum Udin. Dyah masih belum bisa mengikhlaskan kepergin calon suaminya itu. Entah apa yang harus Dyah dan keluarganya lakukan. Undangan telah tersebar. Dua minggu lagi akad dan resepsi seharusnya digelar. Namun mereka hanya bisa berdo’a kepada Illahi Robbi, agar diberikan ketegaran atas musibah ini.
Rupanya Alloh menyimpan takdir lain untuk mereka semua…
Setelah usai 7 hari tahlilan, Bekti baru berani untuk mengatakan pesan terakhir yang disampaikan oleh Almarhum Udin. Heri pun mengumpulkan keluarganya, keluarga Almarhum Udin, dan keluarga Dyah. “Ada apakah gerangan kau mengumpulkan kami semua, nak?”, Tanya ayah almarhum.

 “Sebelumnya saya mohon maaf karena mengumpulkan kalian tidak pada waktu yang tepat. Ada yang harus saya sampaikan. Ini mengenai pesan terakhir yang disampaikan almarhum kepada saya.”, jelas Bekti.

 “Baiklah, lanjutkan ceritamu!”,ayah Dyah menyambung.
“Sesaat sebelum Alloh memangggilnya, ia berkata padaku ingin menyampikan sebuah amanah untukku. Bahwa aku harus menjaga calon istrinya dan menggantikan posisinya dengan kata laun aku yang harus menikahi Dyah. Dan Dyah pun tahu akan amanah ini.”, jelas Bekti dengan lebar.
 “Benarkah itu Dyah?”, Tanya ibunya.
“Benar, Bu….”, jawab Dyah sambil menahan air mata.
“Subhanalloh…. Ini adalah amanah yang wajib kau laksanakan, nak. Insya Alloh kami semua ikhlas karena ini adalah permintaan almarhum yang sudah kau anggap saudaramu sendiri. Bukan begitu Pak, Bu?”, jelas Ayah almarhum.
“Iya, kami semua ikhlas dengan amanah ini. Kami yakin ini semua adalah rencana Alloh untuk kalian juga semua yang ada di sini.”, jawaban Ibu Dyah ini didukung oleh anggukan setuju dari semua keluarga. “Alhamdulillah, Alloh telah menunjukkan Kuasa-Nya. Kita sebagai manusia hanya bisa merencanakan, tapi Alloh jualah yang menetukan. Laksanakanlah amanah ini, nak!”, Perintah ayah Bekti.
“Subhanalloh, Insya Alloh saya akan melaksanakan amanah ini. Bagaimana denganmu Dyah, maukah kaumenerimaku sebagai pengganti almarhum?”, Tanya Bekti.

Tanpa berkata, Dyah hanya mengangguk seraya tersenyum Bekti.
“Alhamdulillah…..”, seluruh keluaraga memuji Asma Alloh dengan nafas yang lega.
Hari yang ditunggu telah tiba. Bekti mengucap ijab qobul dengan lancer. Seluruh keluarga tersenyum haru. Namun banyak raut muka yang menyimpan tanda tanya akan kejadian. Tapi tidak jadi masalah, karena ini sudah menjadi takdir Allah.

READ MORE

CONTOH MAKALAH EKONOMI ISLAM/SYARIAH


MAKALAH SISTEM EKONOMI ISLAM/SYARIAH


di susun oleh :
Dwi Bekti Susilo





BAB I
PENDAHULUAN

Kesadaran akan pentingnya demokrasi sekarang ini sangat tinggi. Hal ini dapat dilihat dari peran serta rakyat Indonesia dalam melaksanakan Pemilihan Umum baik yang dilaksakan oleh pemerintah  pusat dan pemerintah daerah. Ini terlihat dari jumlah pemilih yang tidak menggunakan hak pilihnya yang sedikit. Pemilihan umum ini langsung dilaksanakan secara langsung pertama kali untuk memilih presiden dan wakil presiden  serta anggota MPR, DPR, DPD, DPRD di tahun 2004.  Walaupun masih terdapat masalah yang timbul ketika waktu pelaksanaan. Tetapi masih dapat dikatakan suses.
Setelah suksesnya Pemilu tahun 2004, mulai bulan Juni 2005 lalu di 226 daerah meliputi 11 propinsi serta 215 kabupaten dan kota, diadakan Pilkada untuk memilih para pemimpin daerahnya. Sehingga warga dapat menentukan peminpin daerahnya menurut hati nuraninya sendiri. Tidak seperti tahun tahun yang dahulu yang menggunakan perwakilan dari partai. Namun dalam pelaksanaan pilkada ini muncul penyimpangan penyimpangan. Mulai dari masalah administrasi bakal calon sampai dengan yang berhubungan dengan  pemilih.

BAB II
isi

Sistem Ekonomi Islam atau syariah sekarang ini sedang banyak diperbincangkan di Indonesia. Banyak kalangan masyarakat yang mendesak agar Pemerintah Indonesia segera mengimplementasikan sistem Ekonomi Islam dalam sistem Perekonomian Indonesia seiring dengan hancurnya sistem Ekonomi Kapitalisme.Makalah ini akan membahas tentang apa sistem ekonomi Islam/syariah itu.
Definisi Ekonomi Islam/Syariah menurut beberapa Ekonom Islam
  • Muhammad Abdul Mannan
“Ekonomi Islam merupakan ilmu pengetahuan sosial yang mempelajari masalah-masalah ekonomi rakyat yang diilhami oleh nilai-nilai Islam”.
  • M.M Metwally
“Ekonomi Islam dapat didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari per4ilaku muslim (yang beriman) dalam suatu masyarakat Islam yang mengikuti Al Quran,Hadits Nabi,Ijma dan Qiyas”.
  • Hasanuzzaman
“Ilmu ekonomi Islam adalah pengetahuan dan aplikasi dari anjuran dan aturan syariah yang mencegah ketidakadilan dalam memperoleh sumber daya material sehingga tercipta kepuasan manusia dan memungkinkan mereka menjalankan perintah Allah dan masyarakat”.
Sejarah tentang Sistem Ekonomi Islam/Syariah
Dengan hancurnya komunisme dan sistem ekonomi sosialis pada awal tahun 90-an membuat sistem kapitalisme disanjung sebagai satu-satunya sistem ekonomi yang sahih. Tetapi ternyata, sistem ekonomi kapitalis membawa akibat negatif dan lebih buruk, karena banyak negara miskin bertambah miskin dan negara kaya yang jumlahnya relatif sedikit semakin kaya.
Dengan kata lain, kapitalis gagal meningkatkan harkat hidup orang banyak terutama di negara-negara berkembang. Bahkan menurut Joseph E. Stiglitz (2006) kegagalan ekonomi Amerika dekade 90-an karena keserakahan kapitalisme ini. Ketidakberhasilan secara penuh dari sistem-sistem ekonomi yang ada disebabkan karena masing-masing sistem ekonomi mempunyai kelemahan atau kekurangan yang lebih besar dibandingkan dengan kelebihan masing-masing. Kelemahan atau kekurangan dari masing-masing sistem ekonomi tersebut lebih menonjol ketimbang kelebihannya.
Karena kelemahannya atau kekurangannya lebih menonjol daripada kebaikan itulah yang menyebabkan muncul pemikiran baru tentang sistem ekonomi terutama dikalangan negara-negara muslim atau negara-negara yang mayoritas penduduknya beragama Islam yaitu sistem ekonomi syariah. Negara-negara yang penduduknya mayoritas Muslim mencoba untuk mewujudkan suatu sistem ekonomi yang didasarkan pada Al-quran dan Hadist, yaitu sistem ekonomi Syariah yang telah berhasil membawa umat muslim pada zaman Rasulullah meningkatkan perekonomian di Zazirah Arab. Dari pemikiran yang didasarkan pada Al-quran dan Hadist tersebut, saat ini sedang dikembangkan Ekonomi Syariah dan Sistem Ekonomi Syariah di banyak negara Islam termasuk di Indonesia.
Ekonomi Syariah dan Sistem Ekonomi Syariah merupakan perwujudan dari paradigma Islam. Pengembangan ekonomi Syariah dan Sistem Ekonomi Syariah bukan untuk menyaingi sistem ekonomi kapitalis atau sistem ekonomi sosialis, tetapi lebih ditujukan untuk mencari suatu sistem ekonomi yang mempunyai kelebihan-kelebihan untuk menutupi kekurangan-kekurangan dari sistem ekonomi yang telah ada. Islam diturunkan ke muka bumi ini dimaksudkan untuk mengatur hidup manusia guna mewujudkan ketentraman hidup dan kebahagiaan umat di dunia dan di akhirat sebagai nilai ekonomi tertinggi. Umat di sini tidak semata-mata umat Muslim tetapi, seluruh umat yang ada di muka bumi. Ketentraman hidup tidak hanya sekedar dapat memenuhi kebutuhan hidup secara melimpah ruah di dunia, tetapi juga dapat memenuhi ketentraman jiwa sebagai bekal di akhirat nanti. Jadi harus ada keseimbangan dalam pemenuhan kebutuhan hidup di dunia dengan kebutuhan untuk akhirat.
Tiga Prinsip Dasar Yang Menyangkut sistem ekonomi Syariah menurut Islam
  1. Tawhid, Prinsip ini merefleksikan bahwa penguasa dan pemilik tunggal atas jagad raya ini adalah Allah SWT.
  2. Khilafah, mempresentasikan bahwa manusia adalah khalifah atau wakil Allah di muka bumi ini dengan dianugerahi seperangkat potensi spiritual dan mental serta kelengkapan sumberdaya materi yang dapat digunakan untuk hidup dalam rangka menyebarkan misi hidupnya.
  3. ‘Adalah, merupakan bagian yang integral dengan tujuan syariah (maqasid al-Syariah). Konsekuensi dari prinsip Khilafah dan ‘Adalah menuntut bahwa semua sumberdaya yang merupakan amanah dari Allah harus digunakan untuk merefleksikan tujuan syariah antara lain yaitu; pemenuhan kebutuhan (need
    fullfillment), menghargai sumber pendapatan (recpectable source of earning), distribusi pendapatan dan kesejah-teraan yang merata (equitable distribution of income and wealth) serta stabilitas dan pertumbuhan (growth and stability).
Empat Ciri/Sifat Sistem Islam
  1. Kesatuan (unity)
  2. Keseimbangan (equilibrium)
  3. Kebebasan (free will)
  4. Tanggungjawab (responsibility)


bektypunkersbilizer@gmail.com
READ MORE

Contoh Makalah Ekonomi tentang korupsi

Makalah Ekonomi
“KORUPSI MEMPENGARUHI PERKEMBANGAN EKONOMI INDONESIA”


di susun oleh :
Dwi Bekti Susilo




KATA PENGANTAR


Segala puji bagi Allah yang telah melimpahkan karunia dan nikmat bagi umat-Nya. Alhamdulilaah Makalah ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya.
Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Pendidikan Pancasila dan Kewargaan dengan Judul “KORUPSI MEMPENGARUHI PERKEMBANGAN EKONOMI INDONESIA”, karena terbatasnya ilmu yang dimiliki oleh penulis maka Makalah ini jauh dari sempurna untuk itu saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan.
Tidak lupa penulis sampaikan rasa terima kasih yang tak terhingga kepada semua pihak yang telah turut membantu dalam penyusunan Makalah ini. Semoga bantuan dan bimbingan yang telh diberikan kepada kami mendapat balasan yang setimpal dari Allah SWT. Amin
Akhirnya penulis berharap semoga Makalah ini bermanfaat khususnya bagi penulis dan umumnya bagi pembaca.

................,.........................    

Penulis





DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................          i
DAFTAR ISI...........................................................................................         ii

BAB I PENDAHULUAN
A      Latar Belakang............................................................................         1
B      Permasalahan .............................................................................         1
BAB II PEMBAHASAN
  1. Makna Tindak Pidana Korupsi.....................................................          2
  2. Korupsi dan Politik Hukum Ekonomi............................................          3
  3. Korupsi dan Desentralisasi............................................................         5
  4. Memberantas Korupsi Demi Pembangunan Ekonomi....................          7
BAB III KESIMPULAN.......................................................................          9
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................        10






BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Peraturan Perundang – Undangan merupakan wujud dari politik hukum institusi Negara dirancang dan disahkan senabagai Undang-Undang pemberantasan tindak pidana korupsi. Tebah pilih. Begitu kira-kira pendapat beberapa praktisi dan pengamat hukum terdapat gerak pemerintah dalam menangani kasus korupsi Akhir-akhir ini.
Para pejabat Negara menjadikan kasus korupsi dijadikan senjata ampuh dalam pidatonya, bicara seolah ia bersih, anti korupsi. Masyarakat melalui LSM dan Ormas pun  tidak mau kalah, mengambil manfaat dari kampanye anti korupsi di Indonesia.
Lemahnya hukum di Indonesia dijadikan senjata ampuh para koruptor untuk menghindar dari tuntutan. Kasus korupsi mantan Presiden Suharto, contoh kasus korupsi yang yang tak kunjung memperoleh titik penyelesaian. Padahal penyelesaian kasus-kasus korupsi Soeharto dan kroninya, dana BLBI dan kasus-kasus korupsi besar lainnya akan mampu mentimulus program pembangunan ekonomi di Indonesia.

B.    Permasalahan
1.     Bagaimana korupsi mempengaruhi pembangunan ekonomi di Indonesia?
2.     Strategi apa yang dapat dilakukan untuk meminimalisir praktek korupsi tersebut?
3.     Bagaimana Mutiplier effec bagu efesiensi dan efektifitas pembangunan ekonomi di Indonesia?




BAB II
PEMBAHASAN


A.    Makna Tindak Pidana Korupsi
Jeremy Pope dalam bukunya Confronting: The Elemen of National Integrity System, menjelaskan bahwa korupsi merupakan permasalahan global yang harus menjadi keprihatianan semua orang. Praktik korupsi biasanya sejajar dengan konsep pemerintahan totaliter, dictator yang meletakakan kekuasaan di tangan segelintir orang. Namun, tidak berarti dalam system social politik yang demokratis tidak ada korupsi bahkan bisa lebih parah berarti dalam system social politiknya teleransi bahkan memberikan ruang terhadap praktek korupsi tumbuh subur. Korupsi juga tindakan pelanggran hak asasi manusia, lanjut Pope.
Menurut Dleter Frish, mantan Direktur Jendral Pembangunan Eropa. Korupsi merupakan tindakan memperbesar biaya untuk barang dan jasa, memperbesar utang suatu Negara, dan menurunkan standar kualitas suatu barang. Biasanya proyek pembangunan dipilih karena alas an keterlibatan modal besar, bukan pada urgensi kepentingan public, korupsi selalu menyebabkan situasi social ekonomi tak pasti (uncertenly). Ketidakpastian ini tidak asimetris informasi dalam kegiatan ekonomi dan bisnis. Sector swasta sering melihat ini sebagai resiko terbesar yang harus ditanggung dalam menjalankan bisnis, sulit diprediksi berapa Return of investment (ROI) yang dapat diperoleh karena biaya yang harus dikeluarkan akibat praktek korupsi juga sulit diprediksi, Akhiar Salmi dalam makalahnya menjelaskan bahwa korupsi merupakan perbuatan buruk, seperti penggelapan uang, penerimaan uang sogok dan sebagainya.
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari korupsi, Kolusi dan Nepotisme, pasal 1 menjelaskan bahwa tidak pidana korupsi sebagaimana Maksud dalam ketentuan peraturan perundang-undangan Republik Indonesia mendefenisikan korupsi sebagai salah satu tindak pidana. Mubaryanto, Penggiat Ekonomi Pancasila, dalamdalam artikelnya menjelaskan tentang korupsi bahwa, salah satu masalah besar berkaitan dengan keadilan adalah korupsi, yang kini kita lunakan menjadi “KKN”. Perubahan nama dari korupsi menjadi KKN ini barang kali beralasan karena praktek korusi korupsi memang terkait koneksi dan nepotisme. Tetapi tidak dapat disangkal bahwa dampak “penggantian” ini tidak baik karena KKN ternyata dengan kata tersebut praktek korupsi lebih mudah diteleransi dibandingakan dengan penggunaan kata korupsi secara gambling dan jelas, tanpa tambahan kolusi dan nepotisme.

B.    Korupsi dan Politik Hukum Ekonomi
Korupsi merupakan permasalan mendesak yang harus diatasi, agar tercapai pertumbuhan dengan geliat ekonomi yang sehat. Berbagai catatan tentang korupsi yang setiap hari diberitakan oleh media masa baik cetak maupun elektronik, tergambar adanya peningkatan dan pengembangan model-model korupsi.
Dimensi politik hukum yang merupakan “kebijakan pemberlakuan” atau “anactment policy”, merupakan kebijakan pemberlakuan sangat dominant di Negara berkembang, pengusaha tepatnya, untuk hal yang bersifat negatif atau positif. Dan konsep perundang-undangan dengan dimensi seperti ini dominant terjadi di Indonesia, yang justru membuka pintu bagi masuknya praktek korupsi melalui kelemahan perundang-undangan.
Fakta yang terjadi menunjukan bahwa Negara-negara industri tidak dapat lagi menggulur Negara-negara berkembang soal praktik korupsi, karena melalui korusilah system ekonomi social rusak, baik Negara maju dan berkembang. Bahkan dalam buku “The Confession of Economic Hit Man” John Pakin mempertegas peran besar Negara adidaya seperti Amerika serikat melalui lembaga donor seperti IMF, Bank Dunia dan perusahaan Multinasional terperangkap dalam hutang luar Negeri yang luar biasa besar, seluruhnya dikorup oleh pengusaha Indonesia saat ini. Demokrasi dan metamorfosis Korupsi pergeseran sistem, melalui tumbangnya kekuasaan Icon orde baru, Soeharto, membawa berkah bagi tumbuhnya kehidupan demokrasi di Indonesia. Reformasi, begitu banyak orang menyebutperubahan tersebut. Namun sayangnya reformasi harus dibayar mahal oleh Indonesia melalui rontoknya fondasi ekonomi yang memang “Budle gum” yang setiap saat siap meledak itu. Kemunafikan (Hipocrassy) menjadi senjata ampuh untuk membodohi rakyat. Namun, apa mau ditanya rakyat tak pernah sadar, dan terbuai oleh lembut lagu dan kata tertata rapi dari hipocrasi yang lahir dari mulu para pelanjut cita-cita dan karakter orde baru. Dulu korupsi tertralisasi di pusat kekuasaan, seiring otonomi dan desentralisasi daerah yang diikuti oleh desentralisasi pengelolaan kekuangan daerah, korupsi mengalami pemerataan dan pertumbuhan yang signefikan. Disharmonisasi politik ekonomi social, grafik pertumbuhan jumlah rakyat terus naik karena korupsi.
Dalam kehidupan demokrasi di Indonesia praktek korupsi makin mudah ditemukan diberbagai bidang kehidupan. Pertama, karena melemahnya nilai-nilai sosial., kepentingan pribadi menjadi pilihan utama dibandingkan kepentingan umum, serta kepemilikan benda secara individual menjadi etika pribadi yang melandasi prilaku sosial sebagaian besar orang. Kedua, tidak ada transparansi dan tanggung gugat sistem integritas public. Biro prlayanan public justru digunakan oleh pejabat public untuk mengejar ambisi politik pribadi, semata-mata demi promosi jabatan dan kenaikan pangkat. Sementara kualitas dan kuantitas pelayanan public, bukan prioritas dan orientasi yang utama. Dan kedua alasan ini menyeruak di Indonesia, justru memfasilitasi korupsi. Mubaryanto menjelaskan, kunci dari pemecahan masalah korupsi adalah keberpihakan pemerintah pada keadilan. Korupsi harus dianggap menghambat pewujudan keadilan sosial, pembangunan sosial, dan pembangunan moral. Jika sekarang korupsi telah menghinggapi anggota-anggota legislative di pusat dan di daerah, bahayanya harus dianggap jauh lebih parah karena mereka (anggota DPR/DPRD) adalah wakil rakyat. Jika wakil-wakil rakyat sudah “berjamaah” dalam berkorupsi maka tindakan ini jelas tidak mewakili aspirasi rakyat, jika sejak krisis multidimensi yang berasal dari krimon 1997/1998 ada anjuran serius agar pemerintah berpihak pada ekonomi rakyat (dan tidak pada konglomerat), dalam bentuk program-program pemberdayaan ekonomi rakyat, maka ini berarti harus ada keadilan politik.
Keadilan ekonomi dan keadilan social sejauh ini tidak terwujud di Indonesia karena tidak  kembangkannya keadilan politik. Keadilan politik adalah aturan main berpolitik yang adil, atau menghasilkan keadilan bagi seluruh warga Negara. Kita menghimbau para filosof dan ilmuan-ilmuan social, untuk bekerja keras dan berpikir secara empiric indktif yaitu selalu menggunakan data-data empiric dalam berargumentasi, tidak hanya berpikir secara teoritis saj, lebih-lebih dengan selalu mengacu pada teori-teori berat. Dengan berpikir empiric kesimpulan-kesimpulan pemikiran yang dihasilkan akan langsung bermanfaat bagi masyarakat dan para pengambil kebijakan masa sekarang. Misalnya, adilkah orang-orang kaya kita hidup mewah ketika pada saat yang sama masih sangat banyak warga bangsa yang harus mengemis sekedar untuk makan. Negara kaya atau miskin sama saja, apabila tidak ada itikad baik untuk memberantas praktek korup maka akan selalu mendestruksi perekonomian dalam jangka pendek maupun panjang. Banyak bukti yang menunjukan bahwa skandal ekonomi dan korupsi sering terjadi dibanyak Negara kaya dan makmur dan juga terjadi dari kebejatan moral para cleptocrasy di Negara-negara miskin dan berkembang seperti Indonesia. Pembangunan ekonomi sering dijadikan asalan untuk mengendalikan sumber dya alam kepada perusahaan multinasional dan negar adi daya yang Didalamnya telah terkemas praktik korupsi untuk menumpuk pundik-pundi harta bagi kepentingan politik dan pribadi maupun Kelompoknya.

C.    Korupsi dan Desentralisasi
Desentralisasi atau otonomi daerah merupakan perubahan paling mencolok Setelah reformasi digulirkan. Desentralisasi di Indonesia banyak pengamat ekonomi merupakan kasus Pelaksanaan desentralisasi terbesar di dunia, sehingga Pelaksanaan desentralisasi di Indonesia menjadi kasus menarik bagi studi banyak ekonomi dan pengamat politik dunia. Kompleksitas permasalahan muncul kepermukaan, yang paling mencolok adalah terkuangnya sebagian kasus-kasus korupsi para birokrat daerah dan anggota legislative daerah. Hal ini merupakan fakta bahwa praktek korupsi telah mengakar dalam kehidupan social politik ekonomi di Indonesia. Pemerintah daerah menjadi salah satu motor pendobrak pembangunan ekonomi. Namun juga sering membuat makin parahnya high cost economy di Indonesia, karena munculnya penguatan-penguatan yang lahir melalui Perda (pendapan daerah) yang dibuat dalam rangka meningkatkan PAD (pendapatan daerah) yang membuka ruang-ruang korupsi baru di daerah. Mereka tidak sadar, karena praktek itulah, inpestor menahan diri untuk masuk daerahnya dan memilih daerah yang memiliki potensi biaya rendah dengan akibat itu semua kemiskinan meningkat karena Lapangan pekerjaan menyempip dan pembangunan ekonomi pembangunan di daerah terhambat boro-boro memacu PAD. Terdapat bobot yang menentukan daya saing infestasi daerah. Pertama, factor kelembagaan. Kedua, factor inpraskruktur, ketiga, fakor social politik. Keempat, factor ekonomi daerah. Kelima, factor ketenaga kerjaan hasil penelitian komite pemantauan Pelaksanaan otonomi daerah (KPPOD) menjelaskan pada tahun 2002 faktor kelembagaan dalam hal ini pemerintah daerah sebagai factor penghamabat terbesar bagi inpestasi hal ini berarti birokrasi menjadi penghambat utama bagi infestasi yang menyebabkan munculnya Haighcost economy yang beratri praktek korupsi yang melalui pungutan-pungutan liar yang berarati liar dan dana pelican marah pada awal Pelaksanaan desentralisasi atau otonomi daerah terserbut. Dan jelas ini emnhambat tumbuhnya kesempatan Kerja dan pengurangan kemiskinan di daerah karena korupsi di birokrasi daerah. Namun, pada tahun 2005 faktor penghambat utama tersebut berubah. Kondisi social politik dominant menjadi hambatan bagi tumbuhnya di daerah.
Pada 2005 banyak daerah banyak melalukan pemilihan Kepala daerah (Pilkada secara langsung yang menyebabkan instabilitasi politik di daerah yang membuat enggan para inspector untuk menanam modalnya di daerah. Dalam situasi politik ini, inspector local memilih modalnya kepada ekspestasi politik dengan membantu pendanaan kampanye calon-calon Kepala daerah tertentu dengan harapan akan memperoleh kemenagan dan memperoleh proyek pembangunan di daerah sebagai imbalannya. Kondisi seperti ini tidak akan menstimulus pembangunan ekonomi. Justru  hanya akan meperbesar pengeluaran pemerintah (Goverenment expenditure) karena para inspector hanya mengerjakan prokyek-proyek pemerintah tanpa menciptakan aut put baru di luar pengeluaran pemerintah (biaya aparatur Negara) bahkan akan berdampak pada inspestasi pengeluaran pemerintah karena untuk meningkatkan PAD-nya mau-tidak mau pemerintah harus mengenjot pemdapatan dari pajak dan retrevusi melalui berbagai Perda (peraturan daerah) yang menciptakan ruang bagi praktek korupsi. Titik tolak pemerintah daerah untuk memperoleh PAD yang tinggi inilah yang menjadi yang menjadi penyebab munculnya haigh cost economy yang melahirkan ekonomi tersebut akan di dukung oleh birokrasi yang  njelimet.
Seharusnya titik tolak daerah adalah pembangunan ekonomi daerah dengan menarik infestasi daerah yang sebesar-besarnya dengan merampingkan birokrasi dan memperpendek jalur serta jangka Waktu pengurusan Dokumen usaha serta membersihkan birokrasi dari prektek korupsi. Peneingkatan PAD (pendapatan asli daerah), pengurangan jumlah pengurangan jumlah penganguran dan kemiskinan pasti mengikuti.

D.    Memberantas Korupsi Demi Pembangunan Ekonomi
Selain menghambat pertumbuhan ekonomi, korupsi juga menghamabt pengembangan system pemerintahan demokratis. Korusi Memupuk tradisi perbuatan yang menguntungkan diri sendiri atau Kelompok, yang mengesampingkan kepentingan public. Dengan begitu korupsi menutup rapat-rapat kesempatan rakyat lemah menikmati pembangunan ekonomi dan kualitas hidup yang lebih baik. Pendekatan yang paling ampuh dalam melawan korupsi di Indonesia. Pertama, mulai dari meningkatkan standar tata pemerintahan melalui konstruksi integritas nasional. Tata pemerintahan modern mengedepankan system tanggung gugat dalam tatanan seperti ini harus muncul pers yang bebas dengan batas-batas undang-undang, yang juga harus mendukung terciptanya tata pemerintah dan masyarakat yang bebas dari korupsi. Demikian pula dengan pengadilan. Pengadilan merupakan bagian dari tata pemerintahan, yudikatip tidak lagi menjadi hamba penguasa. Namun memiliki ruang kebebasan menegakan kedaulkatan hukum dan peraturan dengan Demikian akan terbentuk lingkaran perbaikan yang memungkin seluruh pihak untuk melalukan pengawasan, dan pihak lain diawasi. Namun, konsep ini sangat mudah dituliskan atau dikatakan dari pada dilaksanakan. Setidaknya dibutuhkan waktui yang cukup lama untuk membangun pilar-pilar. Bangunan integritas nasional yang melakukan tugas-tugas yang efektif dan berhasil menjadikan tindakan korupsi sebagai prilaku beresiko yang sangat tinggi dengan hati yang sedikit.
Kedua, hal yang paling sulit dan punda mental dari semua perlawanan terhadap korupsi adalah bagaimana membangun kemauan politik (political will). Kemauan politik yang dimaksud bukan sekedar kemauan para politis dan orang-orang yang berkecimbung dalam ranah politik. Namun, ada yang lebih penting sekedar itu semua. Yakni, kemauan politik yang termanisfestasikan dalam bentuk keberanian yang didukung oleh kecerdasan sasial masyarakat sipil atau warga Negara dari berbagai elemen atau sastra social. Sehingga jabatan politik tidak lagi digunakan secara mudah untuk memperkaya diri, namun sebagai tanggung jawabuntuk mengelola dan bertanggung jawab untuk merumuskan gerakan mencapai kehidupan berbangsa dan bernegara yang baik.
Dalam tatanan pemerintahan yang demokratis, para politis dan pejabat Negara tergantung dengan suara masyarakat sipil. Artinya kecerdasan social politik dari masyarakat sipil-lah yang memaksa para politisi dan pejabat Negara untuk menahan diri dari praktek korupsi. Masyarakat sipil yang cerdas secara social politik akan memilih pimpinan (politis) dan pejabat Negara yang memiliki integritas diri yang mampu menahan diri dari korupsi dan merancang kebijakan kearah pembangunan ekonomi yang lebih baik. Melalui masyarakat sipil yang cerdas secara social politik pula pilar-pilar peradilan dan media massa dapat di awasi sehingga membentuk integritas nasional yang alergi korupsi. Ketika kontrusi integritas Nasional berdiri kokoh dengan payung kecerdasar social politik masyarakat sipil, maka pembangunan ekonomi dapat distimulus dengan efektif. Masyarakat sipil akan mendorong pemerintah untuk menciptakan ruang pembangunan ekonomi yang potensial.


BAB III
KESIMPULAN

            Merangfkai kata untuk perubahan memang mudah. Namun, melaksankan rangkaian kata dalam bentuk gerakan terkadang sulit. Dibutuhkan kecerdasan dan keberanian untuk mendobrak dan merobohkan pilar-pilar korupsi yang menjadi penghambat utama lambatnya pembangunan ekonomi dan paripurna di Indonesia. Korupsi yang telah terlalu lama wabah yang tidak pernah tepat Sasaran ibarat “yang sakit Kepala, kok yang di obati tangan”. Pemberantasan korupsi seakan hanya menjadi komoditas politik, bahan retorika ampuh menarik simpati. Oleh sebab itu dibutuhkan kecerdasan masyarakat sipil untuk mengawasi dan membuat keputusan politik mencegah makin mewabahnya penyakit kotor korupsi di Indonesia. Tidak mudah memang.
DAFTAR PUSTAKA


Harian Kompas, 13 Juni 2006,

Gramedia Hikmahanto Juwana, Paper 2006, “Politik Hukum UU Bidang Ekonomi di Indonesia” MPKP, FE,UI.

Mobaryanto, artikel, “Keberpihakan dan Keadilan”, Jurnal Ekonomi Rakyat, UGM, 2004.
Jeremy Pope, “Confronting Corruption: The Element Of National Integrity System”. Transparency International, 2000.

Robet A Simanjuntak, “Implementasi Desentralisasi Fiskal: Problem, Prospek, dan Kebijakan”.  LPEM UI, 2003.

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah            .

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah.


Sumber makalah ini dari : http://terindikasi.blogspot.com/2012/05/contoh-makalah-ekonomi.html#ixzz1ulqSr4MF


bektypunkersbilizer@gmail.com
READ MORE